Gunung Cikuray, Cilawu, Garut, Sejarah Kejadian Mistis di Zaman Perang Tahun 1948

- 16 Oktober 2021, 15:03 WIB
Gunung Cikuray dilihat dari Perkebunan Dayeuhmanggung, Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat
Gunung Cikuray dilihat dari Perkebunan Dayeuhmanggung, Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat /Kodar Solihat/YouTube Kodar Solihat

DESKJABAR – Kejadian mistis atau ghaib diketahui sering terjadi di gunung, karena merupakan lokasi yang banyak jin.

Adalah Gunung Cikuray, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyimpan sejarah kejadian mistis praktek mistik ketika zaman perang tahun 1948.

Kisah kejadian mistis di Gunung Cikuray itu, merupakan salah satu sejarah perang terlupakan zaman yang terjadi di Garut, khususnya di Kecamatan Cilawu.

Pada Januari 1948, di Gunung Cikuray tersebut, ada sebagian anggota pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Batalion (Yon) 32/­Garuda Hitam terlibat praktik klenik alias mistis dengan alasan untuk mengalahkan pasukan Belanda di jalur Cilawu, Garut.

Baca Juga: Sungai Cileueur, Desa Utama, Cijeungjing, MTs Harapan Baru, Ciamis, Susur Sungai, dan Siswa Tewas

Praktek mistik di Gunung Cikuray yang dilakukan sebagian TNI itu, sebenarnya dilarang keras oleh komandan batalion, yaitu Kapten Rivai tetap karena merupakan sesuatu jalan keliru.

Namun, sebagian tentara TNI batalion itu membandel dengan tetap melakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga berakibat kesurupan massal dan nyaris merenggut nyawa diantara mereka.

Kisah ini terjadi beberapa hari menjelang Perjanjian Renville, 17 Januari 1948, dimana di Garut perlawanan pihak Indonesia terhadap Belanda terus dilakukan.

Kisah mistis di Gunung Cikuray, Cilawu, Garut ini, ini ditulis oleh Kolonel Purnawirawan TNI, Mohamad Rivai pada memoarnya berupa buku Tanpa Pamrih, Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, terbitan  tahun 1984, yang disimpan di Perpustakaan Pusat Disjarah TNI-AD di Bandung. 

Baca Juga: Majalengka Pernah Menjadi Tempat Konferensi Jin Sedunia

Menurut Mohamad Rivai, saat dirinya masih berpangkat kapten pada pertengahan Januari 1948, Gunung Cikuray menjadi daerah gerilya pasukan TNI Yon 32/Garuda Hitam yang ia pimpin dalam melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda pasca-Agresi Militer I ”Operasi Produk” 21 Juli-5 Agustus 1947.

Gunung Cikuray, Garut ketika zaman perang tahun 1947-1949
Gunung Cikuray, Garut ketika zaman perang tahun 1947-1949 Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda

Gunung Cikuray dikenal sebagai lokasi angker dan oleh sebagian orang dianggap keramat, serta banyak peristiwa aneh yang tak masuk akal secara ilmiah.

Namun nyatanya, kenang Mohamad Rivai, terjadi dialami 30 orang tentara anggota batalion bersangkutan yang nekad mencoba-coba praktik klenik alias mistik.

Kapten Rivai sudah mengingatkan kepada pasukannya di mana dalam Alquran juz 3 Surat Ali Imran, ditegaskan, dalam agama Islam, umatnya dilarang melakukan mistik, seperti pemujaan kepada kuburan-kuburan tua atau benda-benda sakti untuk meminta sesuatu kepada makhluk halus jin.

Baca Juga: Gibran Tersesat di Gunung Guntur dan Kejadian Mistis, Ustadz Abdurrahman Al-Amiry Menjelaskan

Namun, ada sebagian tentara pasukan Batalion 32/Garuda Hitam yang membandel dan nekad melakukan jalan sesat, melakukan pemujaan kepada makam Eyang Soeropandji dan sebuah batu besar di Gunung Cikuray.

Apa yang dicari oleh sejumlah tentara Batalion 32 itu, disebutkan, adalah ”rotan wulung” dan sebentuk cincin yang bernama ”cincin wulung”, yang diyakini tersembunyi di makam Eyang Suropandji dan makam istrinya di Gunung Cikuray.

Konon, barang­siapa yang memiliki kedua benda itu, akan menjadi kuat, termasyhur, kebal peluru dan aneka segala bentuk racun, dll.

Beberapa hari menjelang Perjanjian Ren­ville, sebanyak 30 tentara pasukan Yon 32/­Garuda Hitam melakukan pemujaan pada malam Jumat. Setelah komat-kamit membacakan mantera, mereka kemudian kesurupan massal.

Baca Juga: Horror ! Puing Radio Malabar, Gunung Puntang, Bandung Selatan, Cerita Penampakan Hantu si Bejo

Kapten Rivai yang kemudian mendapat laporan atas kelakuan sebagian anak buahnya itu, bergegas ke lokasi dan menyaksikan kejadian mengerikan.

Disebutkan, dalam kesurupan massal di Gunung Cikuray itu, dilakukan upacara pemanggilan arwah dengan diyakini menghadirkan roh Teuku Umar, Imam Bonjol, Diponegoro, dll, untuk ditanyai petunjuk mengalahkan pasukan Belanda.

Pada kejadian lain, sedang hebat-hebatnya 30 orang pe­laku mistik itu kesurupan massal, Kapten Rivai langsung menendang betis pimpinan kelompok kesurupan sehingga semuanya menjadi sadar kembali.

Melihat kondisi itu, menurut Rivai, dirinya kemudian marah besar apalagi kegiatan mistik dinilai membahayakan bagi perjuang­an pihak Indonesia.

Ia kemudian mengancam akan menembak mati anak buahnya,  jika ada yang melanjutkan praktik mistis atau mistik.

 Baca Juga: Gibran Tersesat di Gunung Guntur, Garut, Hilang Karena Dibawa Siluman ?

Penampakan

Disebutkan, di antara 30 orang tentara tersebut masih ada pula yang membandel tak mau menuruti larangan klenik, yaitu Let­da Achmad Ronotirto.

Alasannya, ia memperoleh bisikan dari Eyang Soero­pandji saat sedang di makamnya dan merasa dikelilingi banyak bidadari, tetapi akan dijadikan wadal demi kemenangan atas Belanda.

Singkat cerita, demi menyelamatkan anak buahnya itu, Kapten Rivai akhirnya menuruti saran sang kuncen makam Eyang Soeropandji.

Dari semula syaratnya adalah kambing hitam, madat, tetapi akhirnya ha­nya diminta segelas kopi dan lisong (rokok yang tembakaunya dicampur menyan dan kelembak/tumbuhan pewangi).

Makam Eyang Soeropandji di Gunung Cikuray, Cilawu, Garut
Makam Eyang Soeropandji di Gunung Cikuray, Cilawu, Garut Dok Kodar Solihat/buku Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 ditulis Mohamad Rivai terbitan 1984

Diceritakan, malam Jumat, kopi dan li­song itu diletakan dalam sebuah gubuk dekat makam Eyang Soeropandji, di mana sang kuncen membaca mantera memanggil yang dimaksud agar mengambil sesajen itu.

Baca Juga: Lanjutan Mencari Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Nasib Roh Orang Dibunuh, Buya Yahya Menjawab

Tiba-tiba dinding saung gubuk itu kemudian bergoyang-goyang, lalu muncul dua makhluk berbadan tegap tinggi menyerupai laki-laki dan perempuan.

Melihat kejadian itu, orang-orang yang sedang dalam gubuk itu (yang dimaksud adalah sejumlah tentara termasuk Kapten Rivai dan sang kuncen), kemudian berlarian berhamburan.

Sedangkan kedua makhluk aneh tersebut mengambil kopi dan lisong yang disesajikan, lalu cepat menghilang.

Sepekan kemudian, Achmad Ronotirto kemudian sadar dan sembuh, di mana sebelumnya tampilannya sudah seperti orang gila.

Kejadian itu, dalam catatan Kapten Rivai, terbukti atas larangan yang ditetapkan Allah SWT dalam Al Qur’an, bahwa umat Islam dilarang ”bersahabat” dengan setan. (Kodar Solihat/DeskJabar)***

 

 

Editor: Sanny Abraham


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah