Alasannya, ia memperoleh bisikan dari Eyang Soeropandji saat sedang di makamnya dan merasa dikelilingi banyak bidadari, tetapi akan dijadikan wadal demi kemenangan atas Belanda.
Singkat cerita, demi menyelamatkan anak buahnya itu, Kapten Rivai akhirnya menuruti saran sang kuncen makam Eyang Soeropandji.
Dari semula syaratnya adalah kambing hitam, madat, tetapi akhirnya hanya diminta segelas kopi dan lisong (rokok yang tembakaunya dicampur menyan dan kelembak/tumbuhan pewangi).
Diceritakan, malam Jumat, kopi dan lisong itu diletakan dalam sebuah gubuk dekat makam Eyang Soeropandji, di mana sang kuncen membaca mantera memanggil yang dimaksud agar mengambil sesajen itu.
Baca Juga: Lanjutan Mencari Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Nasib Roh Orang Dibunuh, Buya Yahya Menjawab
Tiba-tiba dinding saung gubuk itu kemudian bergoyang-goyang, lalu muncul dua makhluk berbadan tegap tinggi menyerupai laki-laki dan perempuan.
Melihat kejadian itu, orang-orang yang sedang dalam gubuk itu (yang dimaksud adalah sejumlah tentara termasuk Kapten Rivai dan sang kuncen), kemudian berlarian berhamburan.
Sedangkan kedua makhluk aneh tersebut mengambil kopi dan lisong yang disesajikan, lalu cepat menghilang.
Sepekan kemudian, Achmad Ronotirto kemudian sadar dan sembuh, di mana sebelumnya tampilannya sudah seperti orang gila.