Orang Memakai Tato, Lain Zaman Sekarang Lain Zaman Dahulu

- 14 Agustus 2021, 06:00 WIB
Seorang pria bertato mendapat suntikan vaksin saat kegiatan Serbuan Vaksinasi COVID-19 massal di Lapangan Merdeka Kota Ambon, Provinsi Maluku, Jumat (2/7/2021). ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.
Seorang pria bertato mendapat suntikan vaksin saat kegiatan Serbuan Vaksinasi COVID-19 massal di Lapangan Merdeka Kota Ambon, Provinsi Maluku, Jumat (2/7/2021). ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc. /FB Anggoro/ANTARA FOTO

DESKJABAR – Mode orang memakai tato pada tubuhnya muncul marak selama beberapa tahun terakhir, baik pria maupun wanita.

Ada perbedaan persepsi antara zaman sekarang dan zaman dahulu, orang-orang memakai tato pada tubuhnya. 

Gaya mode yang berkembang di kawasan Eropa dan Amerika pun menjalar ke Asia, termasuk ke Indonesia.

Pada masa kini, orang memakai tato cenderung sebagai mode, entah sebagai aktualisasi diri, seni, gaya-gayaan, atau lain dan sebagainya.

Penggunaan tato ada yang bersifat permanen ada pula yang hanya bahan yang kemudian dihapus.

Baca Juga: Tato Pada Tubuh Amanda Manopo, Gak Nyangka Kalo Lihat Gambarnya

Kini mungkin sudah dianggap biasa, sejumlah laki-laki pada tangannya dipenuhi gambar tato sampai kulit aslinya hampir tak terlihat.

Begitu pula wanita, cenderung lebih banyak membuat tato berukuran kecil pada bagian badannya.

Yang menggunakan tato, yang ramai misalnya selebritis, pemain sepakbola, orang-orang yang bergelut usaha bidang hiburan, dll.

Ini membuat yang menggunakan tato tak lagi seakan identitas orang-orang klub motor besar di Amerika atau Eropa, atau identik dengan kelompok gangster di Jepang. 

Baca Juga: Kenangan Tahun 1980-an, Pemburu Nomor Undian Tewas Sebagai Orang Gila Pencari Kodok

Namun bagi orang-orang yang merasakan hidup pada tahun 1980-an, khususnya di Indonesia, tak sedikit yang masih kaget melihat orang-orang menggunakan tato pada tubuhnya.

Tahun 1980-an

Mengapa demikian, karena sampai masa-masa tahun 1980-an, orang-orang memakai tato masih sering identik dengan dunia kejahatan.  

Pada masa-masa itu, orang-orang yang hidup dalam dunia kejahatan, memakai tato pada tubuhnya, untuk menunjukan dirinya preman yang tak takut rasa sakit.

Dalam catatan DeskJabar, masih segar ingatan tahun 1983-1985,di Bandung, ketika ada aksi petrus dilakukan untuk menghabisi para penjahat demi memulihkan keamanan masyarakat.

Baca Juga: Cerita Hantu, Sering Mewarnai Kehidupan Masyarakat pada Tahun 1980-an

Hampir setiap pekan ditemukan mayat dalam karung, berupa jasad orang-orang memakai tato pada tubuhnya.

Sebab, pasa masa-masa itu, orang-orang yang pada tubuhnya memakai tato, sering dianggap identik dengan identitas penjahat.

Walau pun, ada pula saat itu ada orang-orang bukan penjahat, memakai tato sebagai hiasan pada tubuhnya.

Mengetahui banyak orang pada tubuhnya ada tato tewas ditembak dan mayatnya dimasukan karung, kemudian banyak orang ramai-ramai membersihkan tubuhnya dari tato.

Baca Juga: Di Bandung, Sebagian Warga Pernah Gemar Makan Roti Bulukan, KENANGAN TAHUN 1980-AN

Karena pada masa itu alat pembersih tato belum ada, maka dengan segala upaya banyak orang berupaya menghilangkannya.

Ada yang misalnya menggunakan setrika panas, sampai kulitnya melepuh. Tak sedikit karena luka bakarnya tak sembuh, kemudian meninggal dunia.

Baru sekitar tahun 1986, aksi petrus kemudian berhenti. Ini pun bersamaan dengan mulai hampir tak terlihat lagi ada orang yang pada tubuhnya ada tato.

Baca Juga: KENANGAN TAHUN 1980-an, Ngebreak Radio Komunikasi Pernah Sebagai Alat Pacaran di Udara

Orang-orang memakai tato baru terlihat lagi pada pertengahan sekitar tahun 1999-an.

Bahkan, pada tahun 2000-an, mulai terlihat wanita yang pada badannya ada tato, terutama di tangan.

Namun saat itu, wanita yang memakai tato lebih banyak terlihat sebagai wanita preman di terminal bus dan angkot. ***

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x