Sejarah Batu Leuit Asal Usul Ronggeng Gunung Di Kabupaten Pangandaran

- 5 Maret 2021, 16:49 WIB
Situs Batu Leuit di Bukit Paliken Padaherang Pangandaran.
Situs Batu Leuit di Bukit Paliken Padaherang Pangandaran. /Muslih Suprianto/DeskJabar
 
DESKJABAR - Bukit Paliken atau lebih terkenal dengan nama Paliken Hills para pengunjung yang datang bisa melihat pemandangan hamparan wilayah Kabupaten Pangandaran, Ciamis, Banjar, dan sebagian Jawa Tengah, tempat wisata ini tak terpisahkan dari cerita legenda penduduk setempat, Jumat, 5 Maret 2021
 
Pada zaman dahulu, Paliken Hills adalah lokasi mengatur setrategi perang merebut kerajaan Galuh Pangauban yang dikuasai oleh Prajurit Kalasamudra (Bajo).
 
Peninggalan budaya sejarah pada jaman dahulu kala setelah ada yang diketemukan di daerah Kecamatan Langkaplancar yaitu "Batu Nangtung" ini yang merupakan peninggalan sejarah budaya masa megalitikum dan mauk kategori batu "Menhir".
 
Di blok bukit Paliken Desa Pasir Geulis Kecamatan Padaherang juga terdapat sebuah batu yang sampai sekarang masih ada dan warga setempat melestarikan peninggalan sejarah tersebut yaitu "Batu Leuit" dan batu ini diduga tempat bersejarah peninggalan abad ke 17 berkaitan sejarah ronggeng gunung.
 
 
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Aceng Hasim, mengatakan berdasarkan sejarah strategi perang yang dirancang Dewi Rengganis dan Patih Sawung Galing dalam cerita “Ronggeng Gunung” pada abad ke 17 itu dilakukan di Situs Paliken, Desa Pasir Geulis, Kecamatan Padaherang. 
 
"Karena menjadi tempat bersejarah warga setempat sejak dulu menamakannya Batu Leuit atau Batu berbentuk seperti tempat lumbung padi," ungkapnya.
 
Kajian sejarah sebelum Dewi Rengganis dan Patih Sawung Galing ketika akan merebut kerajaan Galuh Tanduran dari pasukan Kalasamudera, mereka menyusun strategi perang di daerah Paliken, sekitar “Batu Leuit”. 
 
“Batu Leuit” atau dikenal juga dengan “Batu Paliken”, konon awalnya tanah yang kemudian menyembul karena kesaktikan Patih Sawung Galing.
 
"Benda atau tepatnya batu andesit yang dinamakan Batu Leuit atau “Batu Paliken” itu, konon asalnya gundukan tanah yang terbentuk akibat Patih Sawung Galing mencabut lidi kawung yang ditancapkan oleh Dewi Rengganis," katanya.
 
 
Konon sebelum berperang melawan perompak bajo di lokasi ini Dewi Samboja memilih pemimpin perang dengan cara menggelar sayembara. 
 
Mencabut lidi
Dengan kesaktian Dewi Samboja, ia menancapkan sebatang lidi ke dalam tanah dan barang siapa yang dapat mencabut lidi, dialah yang akan menjadi panglima perang. 
 
Dari sekian banyak pemuda pilih tanding hanya seorang yang dapat mencabut lidi tersebut, pemuda pilih tanding tersebut bernama Sawung Galing yang merupakan Patih Kerajaan Galuh Pangauban yang diutus oleh Maharaja Sanghiang Cipta.
 
Patih Sawung Galing ini sengaja diutus oleh Maharaja Sanghiang Cipta yang di perintahkan untuk mencari sosok Dewi Samboja. 
 
 
Saat itu, Dewi Rengganis membuat  sayembara yang dapat mencabut lidi kawung atau aren maka dirinya akan dijadikan suami sepeninggal suaminya yang meninggal,setelah perencanaan di Paliken, maka terjadilah peperangan antara pasukan Dewi Rengganis dan pasukan Kalasamudera di Palatar Agung, Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang.
 
"Peperangan tersebut, dimenangkan oleh pasukan Dewi Rengganis, sehingga kerajaan Galuh Tanduran dapat dikuasai kembali,"katanya.
 
Palagan Palatar Agung yang berada di Desa Bagolo menjadi saksi kemenangan prajurit Dewi Rengganis ketika berperang melawan pasukan Kala Samudera. 
 
Nama lokasi
 
Cerita tersebut mengisahkan jika kemengan prajurit Dewi Rengganis.
 
"Tarian Ronggeng Gunung yang para penarinya (prajurit) menutup seluruh anggota tubuhnya menggunakan kain sarung,” lanjutnya.
 
 
Sayembara yang dilakukan oleh Saung Galing dilakukan dengan susah payah karena walaupun lidi dapat dicabut tetapi permukaan tanah yang digunakan untuk menancapkan lidi ikut tercabut. 
 
Peristiwa itu kemudian diabadikan sampai sekarang menjadi nama lokasi yaitu Paliken, dan lokasi tempat tercabutnya lidi dalam sayembara dinamakan Situs Paliken.
 
Sementara itu warga setempat Eeng (45) menambahkan pemuda dan Karang Taruna akhirnya membuka lokasi untuk dijadikan sebuah destinasi wisata, Paliken Hills atau Bukit Paliken Padaherang sangat cocok untuk membuat spot wisata selfie, karena keindahan alam serta kuliner dan atraksi wisata serta budaya seperti seni ronggeng gunung dan beberapa souvenir. 
 
"Kuliner ciri khas disini yaitu Soto Entog serta makanan khas kampung seperti opak, renginang, serta minuman lahang," tambahnya.(Muslih Suprianto)***
 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x