Menguak Misteri Batu Melingkar Salawu, Ada Jejak Budaya Nenek Moyang Sunda Pra-Hindu dan Budha

1 November 2020, 13:41 WIB
BATU melingkar di Desa Jahyang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. //DeskJabar/

DESKJABAR - Misteri batu melingkar yang ditemukan di sekitar komplek makam keramat Tuan Alam di lembah Gunung Galunggung, tepatnya di Desa Jahyang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat sedikit demi sedikit mulai terungkap.

Satu tim ekspedisi ilmiah yang terdiri dari Dr. Undang Ahmad Darsa  (Kepala Departemen FKIB Sejarah dan Filologi Unpad), Dr. Elis Suryani (Ketua Tim Lintas Budaya Nusantara dan Gasantana), didampingi Irjen (P) Dr, H, Anton Charliyan, Mpkn serta Kepala Desa, Punduh dan para sesepuh Kampung Jahyang, Salawu Kab Tasikmalaya, melakukan penelitian langsung ke lokasi untuk kepentingan ilmu pengetahuan, Sabtu, 31 Oktober 2020.

Batu lingkar atau kata orang setempat disebut “batu muntir” dan di dunia akademis dikenal sebagai “circle stone” itu, sebenarnya suda ada sejak zaman dulu. Karena berada di lokasi makam yang dikeramatkan (makam keramat Tuan Alam),  tidak ada yang berani mengganggunya. Posisinya unik, melingkar mengelilingi makam.

Baca Juga: Ribuan Buruh Kembali Akan Kepung Istana Negara Senin Besok

Baca Juga: Misteri Makam Keramat Batu Melingkar Salawu, Sinyal HT dan HP Bisa Menguat

Dalam penelitian itu, tim menggali batu-batu yang muncul ke permukaan tanah yang ada di sekitar komplek makam sampai kedalaman 50 Cm - 1,5 M. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Semua batu yang  awalnya hanya muncul sedikit di permukaan, ternyata  merupakan Kumpulan Batu Lingkar atau “Circle Stone” yang jumlahnya hampir 36 buah.

“Bentuk dan variasinya berbeda satu sama lainya. Ada yang berbentuk hanya 1 lingkaran, ada yang 2 lingkaran bahkan ada yang 3 sampai 4 lingkaran. Namun yang menjadikan satu kesamaan yakni adanya semacam ‘menhir’ atau ‘lingga’, di tengah lingkararan-lingkaran itu. Lalu rata-rata ada semacam tanda titik bulatan di batunya, serta ada batu ‘cawene’ (lekukan yang Lebih besar semacam cowet atau cobek untuk bikin sambal)”, kata Anton Charliyan yang terjun langsung ikut menggali bersama Tim.

Situs kuno pra-Hindu dan Budha

Menurut  Dr. Undang Ahmad Darsa yang juga dikenal sebagai penggagas aksara Sunda,  temuan batu lingkar ini diduga keras merupakan situs kuno peninggalan para leluhur. Periodenya diperkirakan sebelum masuknya agama Hindu dan Budha dari India.

“Bila dilihat dari bentuk batuannya yang sangat sederhana yang tidak berbentuk, diduga pula merupakan budaya asli orisinal leluhur Sunda Galunggung yang melambangkan sistem kosmostika alam khas Sunda, sesuai dengan naskah ‘Amanat Galunggung’ maupun ‘Sanghyang Siksa Kandang Karesian’, yakni sistem  ‘Tritangtu’ (sistem keseimbangan alam yang terbagi tiga)”, papar Undang.

Dengan adanya kesamaan menhir atau lingga di tengahnya, jelas Undang, ini juga merupakan perlambang adanya kepercayaan yang kuat kepada Sanghyang Tunggal; Tuhan yangg Maha Esa. Suatu ajaran religi, kepercayaan, ageman atau agama yang sudah samawi (kepercayaan yang sudah sejalan dengan ajaran para Nabi dan Rosul).

TIM ekspedisi yang meneliti keberadaan Batu Melingkar di Desa Jahyang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Undang menduga kuat, komplek makam Tuan Alam merupakan suatu kabuyutan sebagai mandalanya para Resi ahli religi. Ini ditandai dengan ditemukannya pecahan keramik dan logam semacam cawan kecil yang diperkirakan pernah digunakan untuk ritual agama.

Hal senada dikatakan Dr. Elis. Sebagai ahli Filologis, ia sependapat bahwa batu lingkar di komplek Makam Tuan Alam patut diduga merupakan sebuah situs,  hasil karya budaya manusia zaman dulu. Yang bisa saja merupakan mandala atau tempat ritual, sesuai dengan namanya “Ja Hyang”,  Jaya Hyang = Tuhan yang mah Mulya, Tuhan yang maha Agung.

Baca Juga: Karena Insiden Pengeroyokan, Kegiatan Turing Dihentikan

“Namun untuk  memastikannya perlu adanya penelitian dari segala asfek keilmuan  baik dari Arkeolog, Sejarah, Linguistik, Foklor (dongeng), dll. Bahkan hubungan dengan nama-nama tempat asli di sekitar komplek, maupun dari naskah-naskah terkait, sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut”, ujar Elis.

Menyoal adanya tudingan miring bahwa penemuan batu lingkar itu hasil rekayasa, H. Gani, Kepala Desa Jahyang sekaligus yang dituakan di sana, menegaskan temuan batuan di daerahnya merupakan hal yang tidak terduga. Sama sekali bukan sebuah rekayasa. Batu-batu itu memang sedemikan adanya sejak zaman dulu.  

“Bahkan kami dan masyarakat di sini tidak ada yang berani mengubah apalagi menggeser walaupun hanya 1 cm. Kalau masih ada yang tidak percaya, ayo kita sama-sama ikut menggali. Masih banyak batu-batu lain  yang belum tergali," kata H. Gani.

Mungkinkah keberadaan Batu Melingkar atau Circle Stone di Desa Jahyang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini bisa menjadi pembuka fenomena yang lebih besar lagi?. Misalnya sebagai penemuan sejarah kejayaan intelektual bagi Dunia, yang berawal dari Tatar Sunda?. Lebih jauhnya lagi, menjadi sesuatu yang fenomenal sebagai satu penguatan dari peninggalan Budaya Atlantis di masa lalu yang hingga kini masih menjadi misteri Dunia. Kita tunggu..!.***

Editor: Zair Mahesa

Tags

Terkini

Terpopuler