Rumah-rumah Rusak Terdampak Tol Cisumdawu, Warga Tuntut Janji Ganti Rugi: Masa Rp40 Ribu selama 2 Tahun?

11 Desember 2023, 18:44 WIB
Sejumlah warga menuntut ganti rugi karena rumah mereka rusak akibat pembangunan Tol Cisumdawu. /deskjabar.com/Rio Kuswandi/

DESKJABAR - Pembangunan Tol Cileuyi, Sumedang, Dawuan (Cisumdawu) yang diresmikan secara meriah pada saat itu oleh Presiden RI Joko Widodo berdampak negatif pada beberapa hal.

Selain masalah lahan yang kini juga belum mendapat kejelasan dari pihak pemerintah, salahsatunya dampak negatif lainnya terhadap rumah warga di sekeliling tol.

Baca Juga: DIBUKA LAGI, Gebyar UMKM di Pasar Kaget Taman Tanah Sareal Bogor, Semua yang Dibutuhkan ada di Sini!

Rumah-rumah warga antara lain di Dusun Nagrak dan Dusun Parumasan, Desa Paseh Kaler, Kecamatan Paseh mengalami kerusakan, tembok-tembok bangunan retak akibat getaran mesin-mesin besar.

Hal itu dibenarkan Kepala Dusun Nagrak, Yaya saat ditemui wartawan di kantor Kepala Desa Paseh Kaler Yaya, Senin, 11 Desember 2023.

"Iya memang, banyak rumah-rumah rusak (dampak tol). Itu lokasinya Dusun Nagrak ada di RT 8 RW 4 dan di Dusun Parumasan RT 25 RW 10. Laporan awal jumlah rumah yang rusak itu ada 14 rumah, tapi pada saat dicek jumlahnya lebih dari segitu," kata Yaya, Senin.

Yaya mengatakan, sejak sebelumnya  pembangunan tol Cisumdawu tersebut, pihak PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT) sudah berjanji akan bertanggungjawab, apapun dampak yang terjadi terhadap rumah-rumah di sekeliling tol.

Seperti diketahui, PT. CKJT merupakan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang dimiliki oleh WTR dan memiliki hak pengusahaan jalan tol untuk segmen Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Cisumdawu) di Jawa Barat dengan masa konsesi 40 tahun (2017 – 2057).

"Mereka bilang mau ganti rugi terhadap kerusakan sebagai dampak pembangunan tol, tapi sampai sekarang belum ada realisasi hingga tol sekarang diresmikan," kata Yaya.

Saat itu, tol diresmikan pada Selasa, 11 Juli 2023 oleh Presiden Jokowi Widodo didampingi eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan jajaran Pemprov Jabar dan Pemkab Sumedang.

Warga Mengeluh Rumah Rusak, Bising dan Debu

Ditemui terpisah, Toto (50) warga Dusun Nagrak, RT 8 RW 4, Desa Paseh Kaler, Kecamatan Paseh, salahsatu warga yang terdampak tol tersebut mengeluhkan soal pembangunan tol Cisumdawu tersebut.

Selama 2 tahun pengerjaan tol hampir tiap hari tiap malam tidak bisa tidur karena suara bising yang ditimbulkan suara mesin, salahsatunya loader.

Baca Juga: Niat Liburan di Bogor Siswa SMP 76 Jakarta Meregang Nyawa di Sungai Cisadane, Inilah Kronologinya

Loader adalah jenis mesin konstruksi yang digunakan untuk memindahkan material seperti tanah, pasir, kerikil, batu, dan material lainnya.

"Aduh Pak kami disini dan warga yang lainnya engga bisa tidur hampir tiap hari karena bising suara mesin tersebut. Selain itu, rumah kami bergetar, photo-photo di dinding bergerak. Perabotan-perabotan di rumah bergeser sendiri pada keluar dampak getaran. Belum ini nih rumah kami, tembok-tembok kami retak-retak," keluhnya sambil menunjuk ke arah tembok yang rusak.

Toto mengharapkan ada kepedulian kepada semua warga yang terdampak di sekeliling tol, khususnya di daerah tersebut, seperti yang telah dijanjikan sebelumnya dari pihak PT. CKJT.

"Saya mah sederhana aja tadinya bagus ya ingin bagus lagi," harapnya.

Rp 40 Ribu Selama Dua Tahun

Sementara itu, warga lainnya Asep (45) warga Nagrak RT 8 RW 4 yang mengeluhkan hal serupa.

Selama proses pengerjaan tol kurang lebih dua tahun, kata dia, tidak ada perhatian sama sekali dari pihak CKJT. Ia mengharapkan CKJT peka terhadap dampak kerugian yang dirasakan warga.

"Selama dua tahun, kami disini bising, debu, segala macam setiap hari, bahkan sampai rumah-rumah kami rusak, tidak ada perhatian dari pengelola," keluhnya.

Lanjut dia, memang sebelumnya pihak pengelola tol sudah mengeluarkan prakata jika bakal ada konpensasi terhadap rumah-rumah rusak terdampak tol, tapi realisanya tidak jelas sampai sekarang tol diresmikan.

"Saya sempat denger soal kompensasi dari seminggu-seminggunya itu dikasih berapa gitu, tapi tidak jelas. Nyatanya selama dua tahun saya hanya terima Rp40 ribu. Itu juga dititipi, saya kasihkan kembali ke ema (ibu) lah," keluhnya.

Ia mengaku heran, kata dia, padahal itu adalah proyek strategis nasional yang bukan main-main anggarannya, akan tetapi dia hanya terima Rp40 ribu per dua tahun.

Baca Juga: Goalpara Tea Park Sukabumi, Tujuan Baru Wisata Alam di Perkebunan Teh Goalpara

"Masa iya sih proyek strategis nasional. Kami ini jelas keganggu, bising, debu dan lain sebagainya, tambah rumah kami rusak. Kami menagih janji mereka pengelola tol, janjinya segera direalisasikan dan ini jelas janji mereka mau mengganti kerugian dan ketidaknyamanan warga, bukan permintaan dari masyarakat," bebernya.

Apakah semua warga yang ada di sekeliling tol itu mendapat nilai serupa (Rp40 ribu selama dua tahun)?Asep menjawab tidak mengetahui secara persis, namun sebagian besar yang dia dengar jumlahnya hampir sama.

"Saya Rp40 ribu, engga tahu yang lain katanya ya kisaran Rp50 ribu," jelasnya.

Rumah Retak

Warga lainnya juga mengeluhkan hal serupa, seperti yang dikatakan Rika (40) warga Dusun Nagrak RT 8 RW 4 Desa Paseh Kaler, Kecamatan Paseh.

Ia mengeluhkan soal rumah retak akibat dampak pembangunan tol tersebut. Terpantau sejumlah tembok retak di bagian samping luar, bagian dapur dan bagian kamar mandi.

Ia juga mengeluhkan tidak ada perhatian sama sekali dari pihak pengelola atas dampak pembangunan tol ini.

"Belum ada tindaklanjut lagi dari pihak pengembang (CKJT), ini untuk kerusakan-kerusakan rumah malah ngeluarin dana dari pribadi. Bak kamar mandi saya kena, rusak belah karena getaran. Saya benerin sudah habis Rp2 Juta, tapi ya begitu lagi, rusak lagi, rusak lagi," keluhnya.

Baca Juga: Beras Organik Asal Jawa Barat, Inilah 6 Kelompok Tani yang Sudah Peroleh Sertifikat Pertanian Organik

Ditemui terpisah, Kepala Desa Paseh Kaler, Ujang menegaskan agar pihak CKJT segera ambil tindakan. Sebab, bukan main kerugian yang dirasakan warganya.

"Kami harap secepatnya lah, kasihan mereka. Selama 2 tahun itu warga tidak nyaman, mereka (CKJT) harus memikirkanlah, perhatian terhadap warga kami. Saya tahu sendiri bisingnya seperti apa pada saat pembangunan, debu, belum lagi rumah mereka rusak, gimana ini urusannya?," keluh Kades Ujang ditemui di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Senin.

Komunikasi menyangkut perhatian dan ganti rugi memang sudah disuarakan sejak lama oleh pihak CKJT, namun tak kunjung ada realisasi sama sekali.

"Komunikasi terakhir dua bulan lalu, ketika kami tanyakan, jawabannya 'siap dan 'siap, tapi belum ada apa-apa sampai sekarang," pungkasnya mengeluhkan.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Liputan

Tags

Terkini

Terpopuler