Sejarah Pengamen di Bandung, Sejak Kapan Banyak Muncul ? Evolusi Alat Musik Digunakan

1 Januari 2023, 07:08 WIB
Dua pengamen peti sabun di Bandung tahun 1980-an, ada sejarah pengamen di Bandung dan banyak muncul mulai kapan, serta evolusi alat musik digunakan. /Henk van Rinsum/Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda

DESKJABAR – Pada masa kini, fenomena orang mengamen di Kota Bandung, Jawa Barat, sangat banyak jumlahnya dengan aneka cara.

Para pengamen, biasanya ada di tempat keramaian, hampir setiap lampu merah, serta mendekati orang-orang sedang makan atau sedang duduk bersantai di tempat umum, serta berkeliling di pemukiman.

Peralatan alat musik orang mengamen, umumnya adalah gitar kecil, gitar besar, bahkan lengkap mirip group band, dan aneka alat lain untuk bunyi-bunyian mengiringi “menyanyi”.

Baca Juga: Jejak Rekam Konser Musik Di Bandung Akhir Tahun 2022, Tampil Penyanyi Senior Benny Soebardja

Begini alat musik pengamen zaman dahulu dan masa kini

Ada sejarah pengamen di Kota Bandung sejak kapan banyak muncul, berikut ‘evolusi’ peralatan alat musik digunakan.

Beberapa warga senior kota Bandung berusia lanjut, yang ditanyai oleh DeskJabar, Minggu, 1 Januari 2023, senada menyebutkan, pengamen di Kota Bandung mulai banyak bermunculan sejak tahun 1970-an.

Ketika itu, Kota Bandung mulai padat penduduknya disebabkan melonjaknya urbanisasi dan orang merantau. Dampaknya, meningkat pemukiman kumuh, pengangguran, dan kriminalitas, serta sejumlah fenomena sosial lainnya.

Baca Juga: Taman Ruang Curhat Curug Tilu Pasteur Bandung, Asyik Bagi Warga Menikmati Lingkungan Asri

Salah satu fenomena muncul, adalah banyaknya pengamen, dengan alat musik seadanya. Yang penting bisa berbunyi dan ‘menyanyi’ dan dapat “upah”.

Pada tahun 1970-an, ‘peralatan’ mengamen umumnya masih berupa kecrek dan alat petik dibuat dari peti sabun.

Nah, alat musik kecrek, dibuat dari tutup botol minuman soda yang digepengkan, lalu ditusuk paku dan dibuat pegangan. Digoyang-goyangkan bunyinya “kecreeekkk..kecreeekkk…kecreeekkkk..”

Baca Juga: Pohon Kiara di KBB (Kabupaten Bandung Barat) dan Majalengka, Dikhawatirkan Ramai Jadi Pesugihan Pemilu 2024

Sedangkan alat musik peti sabun, dibuat dari papan tipis bekas peti sabun, dibuat kotak, dengan dipasangi karet bekas ban yang disayat tipis, atau tali celana kolor.

Bunyi alat musik peti sabun, “tekduuunggg…tekkk duuunggg….teekkk duungggg…” yang mengamen biasanya wanita.

Ada perbedaan dari warga Bandung penyebutkan kepada pengamen peti sabun, dimana terhadap warga lokal tetap disebut peti sabun.

Tetapi terhadap pengamen orang asal Jawa Tengah yang pakai alat musik peti sabun, orang Bandung menjuluki “walangkeke”. Konon, karena awalnya mereka sering menyanyi lagu “walangkekek” yang dinyanyikan Waljinah mulai ngetop tahun 1968.

Baca Juga: Tembakau Mole Sumedang Laku Keras, Melinting Jadi Favorit, Persiapan Larangan Rokok Batangan

Memasuki tahun 1980-an, tampilan pengamen peti sabun, dari semula kebanyakan wanita menjadi muncul banyak bencong.

Fenomena mulai bermunculannya pengamen di Kota Bandung tahun 1970-an dan 1980-an, menjadi salah satu obyek bidikan fotografer asal Belanda, Henk van Rinsum.

Penggunaan alat musik era kekinian

Sejak tahun 1990-an, peralatan pengamen menjadi lebih banyak menggunakan genjring, gitar, terutama gitar kecil okulele dan gitar akustik.

Baca Juga: Jalan Lintas Hutan Tomo, Sumedang ini Aslinya Jalan Raya Tertua Bersejarah, Asyik untuk Wisata

Kemudian ketika zaman lagu dangdut koplo ketika tahun 1990-an juga trend alat musik berkembang adalah kotak musik lengkap pakai mic atau istilahnya adalah alat music karaoke.

Sejak tahun 2017 sampai 2022, mengamen banyak menggunakan biola lalu kemudian sampai berupa “group band” di lampu merah.

Sosok pengamen di zaman kolonial Belanda

Orang pengamen sebenarnya sudah muncul sejak zaman kolonial Belanda, tetapi ketika itu jumlahnya sedikit dan dianggap seni.

Baca Juga: Udang Sungai Asal Kadipaten, Majalengka Terkenal Lezat, Diburu Pecinta Wisata Kuliner

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, orang mengamen disebut straatmuzikant (pemusik jalanan). Tetapi ketika itu jumlahnya terbatas serta didaftar oleh pemerintah, sehingga banyak yang menjadi terkenal.

Dikutip dari Koninklijke Bibliotheek Belanda, disebutkan, ada sejumlah straatmuzikant yang terkenal di Batavia (kini Jakarta), Bogor, Bandung, Makassar, Semarang, Malang, dan Koeta Radja (Aceh).

Di Bandung, yang terkenal adalah Karel Michiel Schoeh yang menikah dengan wanita pribumi bernama Noersia. Kemudian, Karel Michiel Schoeh meninggal di Bandung pada usia 34 tahun. ***

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler