Tersangka KASUS SUBANG Diduga Psikopat atau Sosiopat, Gangguan Kepribadian? Ini Menurut Ilmu Psikiatri

4 Agustus 2022, 17:51 WIB
Ilustrasi. Di Kasus Subang tersangka diduga seorang psikopat atau sosiopat. /Pixabay/ pexels/

DESKJABAR - Kasus Subang dua minggu lagi memasuki satu tahun. Tersangkanya diduga seorang psikopat atau sosiopat.

Ahli forensik Polri Kombes Pol Dr. Dr. Summy Hastry DFM, Sp.F menyebutnya tersangka pembunuh ibu dan anak di Subang itu adalah psikopat.

Ia menduga pelaku psikopat karena yang bersangkutan seperti 'menikmati' perbuatan kriminalnya itu. Perbuatan di luar nalar yang tak pandang bulu siapa korbannya.

Sementara youtuber Anjas di Thailand juga menduga bisa jadi tersangka pelaku adalah seorang sosiopat.

Lalu apakah perbedaan psikopat dengan sosiopat?

Baca Juga: Luar Biasa! Penonton Pengabdi Setan 2 hingga Pukul 16.00 Mencapai Lebih dari Setengah Juta!

Disadur DeskJabar dari mha-em.org, disebutkan psikopat dan sosiopat merupakan istilah psikologi populer.

Sebetulnya menurut ilmu psikiatri keduanya merupakan gangguan kepribadian antisosial.

Baik sosiopat maupun psikopat memiliki pola pengabaian terhadap keselamatan dan hak orang lain.

Penipuan dan manipulasi adalah ciri utama dari kedua tipe kepribadian tersebut.

Hal ini berlawanan dengan kepercayaan populer yang menyebutkan seorang psikopat atau sosiopat selalu melakukan kekerasan.

Baca Juga: Robert Alberts Akui Lima Gol ke Gawang Persib Karena Kesalahan Pemain, Bukan Akibat Serangan Balik Lawan

Padahal kenyataannya tidak begitu, mereka tidak selalu melakukan kekerasan.

Ciri-ciri umum seorang psikopat dan sosiopat terletak pada diagnosis gangguan kepribadian antisosial.

DSM-5 mendefinisikan kepribadian antisosial seseorang, setidaknya memiliki tiga atau lebih ciri-ciri berikut:

- Secara teratur melanggar atau melanggar hukum

- Terus-menerus berbohong dan menipu orang lain

- Impulsif dan tak mempunyai rencana ke depan

- Dapat rentan terhadap perkelahian dan agresivitas

Baca Juga: Kuy Ah! Nyari Ramen Sambil Wisata Kuliner Bandung, Traktir Pasangan atau Bestie-mu, Bisa Foto Selfie Juga Lho

- Kurang memperhatikan keselamatan orang lain

- Tidak bertanggung jawab, tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan

- Tidak merasa menyesal atau bersalah

Baik psikopat maupun sosiopat biasanya gejala hampir selalu muncul sebelum usia 15 tahun.

Seiring dengan perkembangannya menuju dewasa, sebetulnya seseorang sedang dalam perjalanan menjadi seorang psikopat atau sosiopat.

Baca Juga: Terbang ke Samarinda Kiper Persib Lengkap, Pemain Siap Lawan Borneo FC di Liga 1 Minggu 7 Agustus 2022

Ciri-ciri Psikopat

Peneliti psikologi umumnya percaya bahwa psikopat cenderung dilahirkan, genetis.

Sedangkan seorang sosiopat cenderung dibuat oleh lingkungan mereka.

Jadi seorang psikopat bisa jadi tidak memiliki trauma masa lalu atau masa kanak-kanak.

Psikopat dimungkinkan terkait dengan perbedaan fisiologis otak.

Penelitian menunjukkan psikopat memiliki komponen otak kurang berkembang, padahal itu berkaitan dengan regulasi emosi dan kontrol impuls.

Psikopat, secara umum, mengalami kesulitan membentuk ikatan emosional yang nyata dengan orang lain.

Sebaliknya, mereka membentuk hubungan artifisial dan dangkal yang dirancang untuk dimanipulasi dengan cara yang paling menguntungkan psikopat.

Orang dipandangnya sebagai pion yang digunakan untuk meneruskan tujuan psikopat.

Psikopat jarang merasa bersalah terhadap perilaku mereka, tidak peduli seberapa banyak mereka menyakiti orang lain.

Tetapi psikopat seringkali dilihat oleh orang lain sebagai sosok yang menawan dan dapat dipercaya, memiliki pekerjaan yang stabil dan normal.

Beberapa psikopat bahkan memiliki keluarga dan hubungan yang tampaknya penuh cinta dengan pasangannya.

Kendati mereka cenderung terdidik dengan baik, namun mungkin juga mereka belajar banyak sendiri.

Ketika seorang psikopat terlibat dalam perilaku kriminal, ia cenderung melakukannya dengan cara yang meminimalkan risiko bagi dirinya.

Seorang psikopat akan dengan hati-hati merencanakan kegiatan kriminal, untuk memastikan ia tidak tertangkap. Mereka pintar membuat rencana darurat untuk setiap kemungkinan.

Ciri-ciri Sosiopat

Seperti telah disebutkan sebelumnya, para peneliti cenderung percaya, seorang sosiopat adalah hasil dari lingkungan.

Sebagai contoh pengasuhan anak atau remaja yang sangat negatif, kekerasan fisik, pelecehan emosional, atau trauma masa kecil.

Sosiopat, secara umum, cenderung lebih impulsif dan tidak menentu dalam perilaku mereka daripada psikopat.

Ia juga mengalami kesulitan dalam membentuk keterikatan dengan orang lain.

Beberapa sosiopat mungkin dapat membentuk link dengan kelompok atau orang yang berpikiran sama.

Tidak seperti psikopat, kebanyakan sosiopat tidak bisa bertahan lama dalam pekerjannya. Juga sering memperlihatkan kehidupan keluarga yang tidak normal.

Ketika seorang sosiopat terlibat dalam perilaku kriminal, mereka mungkin melakukannya dengan cara yang impulsif dan sebagian besar tidak direncanakan, dengan sedikit memperhatikan risiko atau konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka mungkin menjadi gelisah dan mudah marah, kadang-kadang mengakibatkan ledakan kekerasan. Perilaku semacam ini meningkatkan peluang sosiopat untuk ditangkap.

Berbahaya

Baik psikopat maupun sosiopat memunculkan risiko bagi masyarakat.

Akan tetapi psikopat mungkin lebih berbahaya, karena mereka mengalami lebih sedikit rasa bersalah yang terkait dengan tindakan mereka.

Seorang psikopat juga memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memisahkan diri dari tindakan mereka, tanpa keterlibatan emosi.

Rasa sakit apa pun yang diderita orang lain tidak ada artinya bagi seorang psikopat. Banyak pembunuh berantai terkenal adalah psikopat.

Namun demikian kekerasan tidak bisa dijadikan sati satunya petunjuk kepribadian antisosial.

Ditunjukkan sejak kanak-kanak

Gejala psikopat dan sosiopat biasanya terlihat sejak kanak-kanak.

Psikolog menyebut jenis perilaku masa kanak-kanak ini sebagai gangguan perilaku.

Gangguan perilaku melibatkan empat kategori perilaku bermasalah:

- Agresi terhadap manusia dan hewan

- Penghancuran properti

- Penipuan atau pencurian

- Pelanggaran serius terhadap aturan atau hukum

Jika Anda mengenali gejala-gejala ini (dan gejala khusus gangguan perilaku) pada anak atau remaja, mereka berisiko lebih besar mengalami gangguan kepribadian antisosial.***

 

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: mha-em.org

Tags

Terkini

Terpopuler