DESKJABAR – Gunung Cikuray, Garut dikenal banyak kejadian mistik atau horor, baik zaman dahulu kini.
Ada kisah nyata di Gunung Cikuray, Garut, banyak tentara berlarian takut melihat penampakan jin, ketika zaman perang tahun 1948 lalu.
Kejadian horor dialami tentara itu adalah dari TNI, akibat melakukan pemujaan kepada kuburan keramat di Ciharus. Tanpa disangka, muncul penampakan jin sehingga puluhan tentara berlarian ketakutan.
Baca Juga: Pemerhati KASUS SUBANG : Jin Khodam pada Film KKN di DESA PENARI, Begini Sebenarnya Makhluk Itu
Mengapa kisah di Gunung Cikuray ini disebutkan nyata, karena sumbernya adalah memoar Kolonel Purnawirawan TNI, Mohamad Rivai, ketika memimpin pasukan TNI berbasis di Gunung Cikuray, Cilawu, menghadapi pasukan Belanda, Januari 1948.
Kisah kejadian mistis di Gunung Cikuray itu, merupakan salah satu sejarah perang terlupakan zaman yang terjadi di Garut, khususnya di Kecamatan Cilawu.
Dikutip DeskJabar dari memoar Mohamad Rivai berupa buku Tanpa Pamrih, Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, terbitan tahun 1984, yang disimpan di Perpustakaan Pusat Disjarah TNI-AD di Bandung.
Baca Juga: KKN di Desa Penari, Sosok Mirip Badarawuhi Siluman Ular Pernah Nyasar ke Amerika
Pada Januari 1948, di Gunung Cikuray, ada sebagian anggota pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Batalion (Yon) 32/Garuda Hitam terlibat praktik klenik alias mistik.
Sejumlah tentara TNI itu beralasan sebagai cara untuk mengalahkan pasukan Belanda di jalur Cilawu, Garut dan untuk menuju Singaparna, Tasikmalaya.
Praktek mistik di Gunung Cikuray yang dilakukan sebagian TNI itu, sebenarnya dilarang keras oleh komandan batalion, yaitu Kapten Rivai tetap karena merupakan sesuatu jalan keliru.
Namun, sebagian tentara TNI batalion itu membandel dengan tetap melakukan secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya, terjadi kesurupan massal dan nyaris merenggut nyawa diantara mereka.
Kisah ini terjadi beberapa hari menjelang Perjanjian Renville, 17 Januari 1948, dimana di Garut perlawanan pihak Indonesia terhadap Belanda terus dilakukan.
Para tentara TNI mengetahui, Gunung Cikuray dikenal angker serta banyak peristiwa aneh yang tak masuk akal secara ilmiah.
Namun nyatanya, kenang Mohamad Rivai, terjadi dialami 30 orang tentara anggota batalion bersangkutan yang nekad mencoba-coba praktik klenik alias mistik.
Kapten Rivai sudah mengingatkan kepada pasukannya di mana dalam Alquran juz 3 Surat Ali Imran, ditegaskan, dalam agama Islam, umatnya dilarang melakukan mistik, seperti pemujaan kepada kuburan-kuburan tua atau benda-benda sakti untuk meminta sesuatu kepada makhluk halus jin.
Namun, ada sebagian tentara pasukan Batalion 32/Garuda Hitam yang membandel dan nekad melakukan jalan sesat, melakukan pemujaan kepada makam Eyang Suropandji dan sebuah batu besar di Gunung Cikuray.
Baca Juga: Di Gunung Salak, Bogor dan Sukabumi, Banyak Tentara Terjebak Kejadian Horor Gaib
Mencari rotan dan cincin
Apa yang dicari oleh sejumlah tentara Batalion 32 itu, disebutkan, adalah ”rotan wulung” dan sebentuk cincin yang bernama ”cincin wulung”, yang diyakini tersembunyi di makam Eyang Suropandji dan makam istrinya di Gunung Cikuray.
Konon, barangsiapa yang memiliki kedua benda itu, akan menjadi kuat, termasyhur, kebal peluru dan aneka segala bentuk racun, dll.
Beberapa hari menjelang Perjanjian Renville, sebanyak 30 tentara pasukan Yon 32/Garuda Hitam melakukan pemujaan pada malam Jumat. Setelah komat-kamit membacakan mantera, mereka kemudian kesurupan massal.
Kapten Rivai yang mendapat laporan atas kelakuan sebagian anak buahnya itu, bergegas ke lokasi dan menyaksikan kejadian mengerikan.
Disebutkan, dalam kesurupan massal di Gunung Cikuray itu, dilakukan upacara pemanggilan arwah dengan diyakini menghadirkan roh Teuku Umar, Imam Bonjol, Diponegoro, dll, untuk ditanyai petunjuk mengalahkan pasukan Belanda.
Pada kejadian lain, sedang hebat-hebatnya 30 orang TNI pelaku mistik itu kesurupan massal, Kapten Rivai langsung menendang betis pimpinan kelompok kesurupan sehingga semuanya menjadi sadar kembali.
Melihat kondisi itu, menurut Rivai, dirinya kemudian marah besar apalagi kegiatan mistik dinilai membahayakan bagi perjuangan pihak Indonesia.
Ia kemudian mengancam akan menembak mati anak buahnya, jika ada yang melanjutkan praktik mistis atau mistik.
Penampakan
Disebutkan, di antara 30 orang tentara tersebut masih ada pula yang membandel tak mau menuruti larangan klenik, yaitu Letda Achmad Ronotirto.
Alasannya, ia memperoleh bisikan dari Eyang Suropandji saat sedang di makamnya dan merasa dikelilingi banyak bidadari, tetapi akan dijadikan wadal demi kemenangan atas Belanda.
Singkat cerita, demi menyelamatkan anak buahnya itu, Kapten Rivai akhirnya menuruti saran sang kuncen makam Eyang Suropandji.
Dari semula syaratnya adalah kambing hitam, madat, tetapi akhirnya hanya diminta segelas kopi dan lisong (rokok yang tembakaunya dicampur menyan dan kelembak/tumbuhan pewangi).
Baca Juga: Di Subang, Cerita Horor, Pedagang Ketakutan Melihat Hantu Tanpa Kepala di Bawah Pohon Beringin
Diceritakan, malam Jumat, kopi dan lisong itu diletakan dalam sebuah gubuk dekat makam Eyang Suropandji, di mana sang kuncen membaca mantera memanggil yang dimaksud agar mengambil sesajen itu.
Tiba-tiba dinding saung gubuk itu kemudian bergoyang-goyang, lalu muncul dua makhluk berbadan tegap tinggi menyerupai laki-laki dan perempuan. Diyakini itu adalah penampakan jin setan.
Melihat kejadian itu, orang-orang yang sedang dalam gubuk itu (yang dimaksud adalah sejumlah tentara termasuk Kapten Rivai dan sang kuncen), kemudian berlarian berhamburan.
Sedangkan kedua makhluk aneh tersebut mengambil kopi dan lisong yang disesajikan, lalu cepat menghilang.
Sepekan kemudian, Achmad Ronotirto kemudian sadar dan sembuh, di mana sebelumnya tampilannya sudah seperti orang gila.
Kejadian itu, dalam catatan Kapten Rivai, terbukti atas larangan yang ditetapkan Allah SWT dalam Al Qur’an, bahwa umat Islam dilarang ”bersahabat” dengan setan. ***