KASUS SUBANG, 8 Bulan Belum Terungkap, Nasib Miris Menimpa Karyawan Yayasan Milik Tuti dan Amel

9 April 2022, 10:23 WIB
Nasib miris menimpa karyawan Yayasan Bina Prestasi Nasional milik Tuti dan Amel sebagai dampak belum terungkapnya kasus Subang. /Kodar Solihat/ DeskJabar.com/

 

DESKJABAR - 8 bulan belum terungkap, kasus Subang berdampak terhadap nasib miris karyawan Yayasan Bina Prestasi Nasional (BPN) milik Tuti Suhartini dan Amelia Mustika Ratu alisa Amel.

Tuti Suhartini (ibu) dan Amel (anak) pemilik sekaligus pengurus Yayasan Bina Prestasi Nasional (BPN) dan menjadi korban pembunuh di kasus Subang.

Rumah korban di Ciseuti Jalan Cagak Subang yang menjadi tempat kejadian perkara kasus Subang merupakan kantor Yayasan Bina Prestasi Nasional (BPN)

Belum terungkapnya kasus Subang berdampak terhadap karyawan Yayasan BPN milik Tuti dan Amel terutama yang statusnya sebagai saksi.

Baca Juga: KASUS SUBANG MEMBARA Yosef dan Yoris Ditangkap Hoax, Ternyata Yosef Sedang Asik Ini dan Rohman Sebut Begini

Nasib miris ternyata menimpa karyawan Yayasan BPN tersebut, terutama mereka yang statusnya sebagai saksi dalam kasus Subang.

Para karyawan Yayasan BPN yang menjadi saksi kasus Subang ada yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari karena tidak ada penghasilan.

Sejak kasus Subang terjadi hingga saat ini 8 bulan jalan, para karyawan Yayasan BPN tidak mendapat gaji dari Yayasan BPN dan kesulitan untuk mencari kerja.

Hal itu terungkap dari pernyataan yang dilontarkan Freddy Sudaryanto dalam YouTube Freddy Sudaryanto Sport dengan judul "Miris Sekali Mereka Terdampak dengan K4sus Sub4ng Ini" yang tayang pada Jumat 8 April 2022.

Baca Juga: Jelang KASUS SUBANG TERUNGKAP, Tersangka Pelaku Makin Ketar Ketir, Ada Sidik Jari Tak Terhapus

Kata Freddy Sudaryanto banyak yang terkena dampak dari kasus Subang yang belum juga terungkap hingga saat ini.

Menurut Freddy Sudaryanto mereka yang terdampak kasus Subang adalah para karyawan di Yayasan BPN, milik Tuti dan Amel, karena kasus Subang Yayasan BPN pun berhenti.

"Mereka yang mempunyai penghasilan dari yayasan tersebut sampai sekarang tidak bisa mendapatkan penghasilan," kata Freddy Sudaryanto.

Kata Freddy Sudaryanto selama 8 bulan ini, karyawan yayasan BPN tersebut tidak mendapatkan penghasilan dan ini adalah dampak dari kasus Subang.

Mungkin bagi mereka yang bisa bangkit dan mau beraktivitas, bisa menanggulangi dampak dari kasus Subang ini.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERKINI, Yosep dan Yoris Ditangkap? Ini Jawaban Kades Mengejutkan, Ternyata Yosep Ada di……..

Tapi jangan salah mereka yang pernah menjadi saksi, ada semacam kendala yakni kesulitan mencari pekerjaan baru.

Mereka pernah terdaftar jadi saksi, maka ada kecenderungan pada saat seseorang menjadi saksi banyak hal yang bisa mempengaruhi fisik dan psikis.

Selama 8 bulan tidak mendapat penghasilan dari yayasan BPN dan mencoba untuk mencari pekerjaan lain, ada dampak terutama pandangan dari masyarakat.

"Ketika dia menjadi saksi tidak sedikit menghambat bagi dia untuk bisa bekerja di satu tempat lain," kata Freddy Sudaryanto.

Mungkin saja ada pihak perusahaan yang mau menerima. Tapi karena kasus Subang belum jelas siapa pelakunya.

Dan mungin saja ketika tahu yang bersangkutan jadi saksi maka berpikir untuk memasukkan di perusahaan tersebut.

"Ini satu kendala sebenarnya dan ini dampak dari pada kasus ini, kita sedih juga kalau kita melihat ada beberapa saksi yang mengeluh juga melihat masalah ekonominya," kata Freddy Sudaryanto.

Kata Freddy Sudaryanto ada yang mengeluh masalah ekonomi karena tidak punya penghasilan. Dan ini realita. Kalau hal lain bisa ditahan, tetapi kalau makan susah ditahan.

"Kalau berhubungan dengan perut susah ditahan, karena perut harus diisi dari mana uang nya," kata Freddy Sudaryanto.

Ini yang di khawatirkan sebenarnya dan kita sangat miris melihat ini. Karena dampak dari kasus Subang ini beberapa orang mungkin menjerit masalah ekonomi.

"Ada yang curhat juga ke saya langsung masalah ekonomi, ya memang kita akui dari mana penghasilannya," kata Freddy Sudaryanto.

Freddy Sudaryanto mencontohkan di yayasan BPN dari mulai kepala sekolah, Pak Wahyu sudah mengundurkan diri. Kemudian staf TU ada Opik, Kosasih, Danu, mereka dari mana penghasilannya.

Kalau petingginya seperti Pak Yoris dan Pak Yosef, mungkin mereka punya tabungan dan dari yayasan kemarin kita ketahui gaji mereka cukup besar.

Kang Yoris 12 juta per bulan. Mungkin mereka masih punya tabungan. Tetapi bagaimana dengan pegawai bawah, seperti kepala sekolah, staf TU termasuk Danu.

Kata Freddy Sudaryanto, Danu juga gajinya dulu cukup pas pasan, dan dengan gaji pas pasan tersebut apakah masih punya tabungan untuk memenuhi kebutuhan pribadi sampai 8 bulan.

"Apakah mungkin ini bisa ditanggulangi, tidak usah keluarga, untuk pribadinya saja ini sangat miris dengan kasus ini," kata Freddy Sudaryanto.

Kasus Subang ternyata berdampak secara ekonomi, terutama bagi orang orang yang berkaitan langsung dengan yayasan BPN atau sebagai karyawan yayasan BPN.

"Semoga mereka semua bisa mengatasi persoalan ekonomi yang dihadapi dari dampak kasus subang ini," kata Freddy Sudaryanto.

Kata Freddy Sudaryanto kasus Subang ini harus segera berakhir dan siapa pelakunya bisa ditangkap oleh pihak kepolisian.

Kasus pembunuh ibu dan anak di Subang Jawa Barat sudah berjalan 8 bulan sejak kejadian pada 18 Agustus 2021 lalu.

Polisi hingga saat ini sudah memeriksa 121 saksi dan 216 alat bukti di 10 tempat kejadian perkara. Pihak kepolisian masih akan memeriksa saksi lagi dalam mengungkap kasus Subang.

Tuti Suhartini dan Amel pemilik sekaligus pengurus Yayasan Bina Prestasi Nasional menjadi korban pembunuh di Subang Jawa Barat.

Hingga saat ini kasus Subang yang menewaskan Tuti dan Amel masih belum terungkap. Siapa pelaku sebenarnya belum diketahui.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: YouTube Freddy Sudaryanto Sport

Tags

Terkini

Terpopuler