Kenangan Ramadhan di Garut, Kereta Api Si Gombar Sering Menjadi Hiburan Ngabuburit

30 Maret 2022, 08:33 WIB
Kenangan Ramadhan tahun 1980, kereta api dari Cibatu ke Garut. sering menjadi sarana ngabuburit /WP7713/Flickr/

DESKJABAR – Segera dimasukinya Ramadhan 2022/1443 H bersamaan aktifnya kembali jalur kereta api di Garut, serta usulan dikembalikannya lokomotif uap di Si Gombar, memberikan kenangan bagi masyarakat senior setempat.

Ada kenangan Ramadhan di Garut, dimana zaman dahulu kereta api uap si Gombar sering menjadi hiburan ngabuburit menunggu buka puasa.

Aktifnya kembali jalur kereta api di Garut disambut kegembiraan masyarakat setempat, karena menjadi sarana transportasi yang dinanti.

Baca Juga: KASUS SUBANG URUSAN GAIB, Pelaku Adalah Orang Ganteng ? Ki Sodo Buono Menguak Pembunuhan Jalancagak

Seperti diketahui, Bupati Garut, Rudy Gunawan, baru-baru ini mengusulkan kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Erick Thohir, agar dapat memberikan kembali sosok lokomotif uang Si Gombar ke jalur kereta api Garut untuk tujuan wisata.

Berdasarkan catatan DeskJabar, yang dimaksud lokomotif uap si Gombar di jalur Garut, terutama julukan bagi lokomotif uap jenis CC30 dan CC10.

Riwayat lokomotif si Gombar berakhir tahun 1983, ketika jalur Garut ke Cibatu waktu ditutup, sampai kemudian tahun 2022 ini kembali aktif dan menggunakan lokomotif diesel.

Baca Juga: LANJUTAN KASUS SUBANG, Menanti Wahyu Bicara, Bisa Menguak Misteri Pembunuhan di Jalancagak

Nah, masyarakat senior di Garut, yang tinggal di dekat rel kereta api, ada kenangan ngabuburit saat Ramadhan pada tahun 1960-an s.d 1980-an lalu.

Dalam kenangan tahun 1980-an di Garut pula, bunyi cerobong lokomotif kereta api uap pernah dijadikan tanda buka puasa saat bulan Ramadhan.

Pada saat itu, kebiasaan ngabuburit menunggu buka puasa, umum dilakukan warga sekitar, mulai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, seiring kisah zaman rangkaian tua kereta api uap yang ditarik lokomotif uap yang dijuluki “si Gombar” (seri CC50 dan CC10) dan “si Kuik” (seri C11).

Baca Juga: Di Majalengka, Janda Kembang Pilih Tinggal Sendiri di Kuburan, Padahal Penghasilan Rp 25 Juta Per Bulan

Kenangan Stasiun Garut selama bulan Ramadhan, masih sangat berkesan bagi warga sekitaran, Idih Ruskanda (69) yang kini tinggal di Bandung. Idih Ruskanda yang mantan Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Kujang (persero), Cikampek, Karawang.

Idih Ruskanda pun mengenang jauh ke masa kecil yang tinggal pada di sebuah rumah dekat gudang Stasiun Garut. Saat itu,  ayahnya adalah pegawai kereta api yang masih bernama Perusahaan Negara  Kereta Api (PNKA).

Idih sangat mengingat pada Ramadhan tahun 1966 , yang menurut dia, saat itu berlangsung bulan Juni. Ia sering ngabuburit bersama teman-temannya di Stasiun Garut, Stasiun Wanaraja, dan Stasiun Bayongbong.

Baca Juga: Di Cianjur, Pernah Heboh Hantu Gentayangan Orang Meninggal, Ternyata Salah Sangka

Disebutkan, pada masa itu, selama Ramadhan, umumnya berbagai sekolah diliburkan, termasuk di Garut.  Namun bagi anak-anak, suasana tersebut merupakan kesempatan ngabuburit menggunakan kereta api, baik jalur Cikajang-Garut pp maupun Garut-Cibatu pp.

Ia mengingat, pada tahun 1966, ada jadwal ketibaan bersamaan di Stasiun Garut, antara rangkaian kereta api dari Cikajang dan dari Cibatu, yaitu pukul 6.30 WIB, pukul 12.00.

Juga ada jadwal laatste (sebutan umum masa itu atas jadwal terakhir, yang menggunakan bahasa Belanda), pada pukul 17.00.

Baca Juga: Ramadhan di Cianjur, Menu Masakan Buka Puasa dan Sahur dari Tauco : Cumi Pete Tumis Tauco dan Tahu Tumis Tauco

Menurut Idih, biasanya selepas salat Subuh, atau pagi-pagi, banyak anak-anak mengisi masa libur Ramadhan berjalan-jalan menyusuri rel kereta api, ada yang menuju ke Stasiun Wanaraja ada pula yang ke Stasiun Bayongbong.

Karena masih anak-anak usia belasan tahun, lapar dan haus selama berpuasa kurang terasa, dan terlupakan karena asyik dengan suasana bermain keseharian.

Kenangan lain diantaranya dilontarkan Agus Suhendar, warga Cikajang (52), yang mengingat kenangan tahun 1980-an, rangkaian kereta api jadwal terakhir dari Cibatu menuju Garut sering berjejal oleh penumpang kereta api.

Pada jam-jam terakhir banyak penumpang ingin tiba di Garut pukul 17.00 untuk memburu segera maghrib dan buka puasa. Saat Ramadhan, kereta api sering dijadikan sarana ngabuburit. ***

 

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Wawancara

Tags

Terkini

Terpopuler