Inilah Kehidupan Masyarakat Perdesaan di Tasikmalaya, yang Bikin Kangen Masyarakat Perkotaan

18 Desember 2021, 09:19 WIB
Salah satu pemandangan di Cilenga, Kecamatan Selawangi, Kabupaten Tasikmalaya. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Kehidupan ala masyarakat perdesaan yang sederhana dan tenang, kini kembali menjadi sesuatu impian di tengah semakin hiruk pikuknya suasana perkotaan.

Adalah suasana kehidupan perdesaan yang masih cukup bertahan di sekitaran Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, yang bikin kangen masyarakat perkotaan.

Adalah suasana perkampungan warga lokal yang sederhana, terutama di Priangan Timur, lengkap dengan suasana alami terdiri sawah, kolam ikan, sungai, kebun, hutan, pesantren, surau bersahaja, masjid, dsb, menyejukan pandangan mata.

Sebenarnya, suasana perdesaan seperti itu masih cukup banyak di Jawa Barat, terutama di kawasan selatan, terutama di Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan sebagian Sumedang serta Majalengka.

Baca Juga: Pertunjukan Wayang Golek Kembali Mengeliat di Kawasan Bandung, Banyak Penonton Penggemar Muda

Pada malam hari, suasana hening tapi hangat terasa, karena jauh dari hiruk pikuk kebisingan di perkotaan.

Pada sebagian tempat, sistem penerangan pun juga masih ada yang seperlunya, karena masyarakat setempat tidak banyak tuntutan hidup.

Salah seorang warga Cilenga, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Yedi, Sabtu, 18 Desember 2021, menunjukan bahwa dirinya tetap memiliki bangunan rumah pangung bilik di atas kolam ikan.

Suasana malam Minggu di Cilenga, Kecamatan Selawangi, Tasikmalaya, ada orang-orang sedang memancing ikan. Kodar Solihat/DeskJabar

Di sekeliling tempat itu adalah kumpulan sejumlah kolam ikan, dan pada di lingkungannya rata-rata masih sekeluarga.

Baca Juga: Kisah Hantu Wanita Penghibur di Stasiun Jatibarang, Indramayu, Pria Konsumen Nyaris Pingsan

Tampak masih ada sejumlah rumah yang bertahan terbuat dari bilik bambu, sehingga membuat suasana alami perdesaan masih terasa.

Keberadaan kehidupan asli perdesaan dengan banyak kolam, membuat teman-temannya pun menjadi suka berkunjung. Apalagi yang memiliki hobi memancing ikan, dilakukan pada malam Minggu, bersama sejumlah warga setempat sampai dini hari.

Apalagi, Tasikmalaya diketahui secara umum adalah lingkungan santri dengan kehidupan agama Islam yang sangat kuat.

Suasana ini membuat daerah Tasikmalaya, terutama kawasan sekitar Singaparna kehidupannya tenang.

Baca Juga: KISAH Para Pemilik Warung Jualan Malam Hari di Tengah Kuburan di Kejaksan, Cirebon

Gambaran serupa dilontar warga Cisompet, Garut, Atep, yang sehari-harinya bekerja pada pemerintah daerah di Bandung, menunjukan lingkungan keluarganya yang masih perkampungan asli.

Masih ada suasana berkabut di pagi hari di Cisompet, Garut, apalagi di daerah itu masih eksis perkebunan teh.

Menurut dia, bagi masyarakat desa, bahwa suasana kehidupan seperti itulah yang membuat mereka hidup tenang. Mereka tidak mau terusik kedatangan provokator yang merusak lingkungan mereka, atas nama modernisasi.

Baca Juga: MENGEJUTKAN, Orang Meninggal Muncul Saat Hari Ketujuh Tahlilan di Lemahsugih, Majalengka

Hanya saja, ia menyayangkan, di daerah jalur Gunung Gelap, bermunculan warung-warung liar yang berdiri di atas tanah negara di pinggir jalan.

Kondisi demikian, dirasakan warga setempat, merusak lingkungan setempat, yang dikhawatirkan berdampak kerusakan iklim mikro.

Apalagi, pada masih banyak daerah di Jawa Barat kehidupan kekeluargaan masyarakat setempat masih kuat, dan tidak mudah menerima pendatang.

Mengapa demikian, karena kehadiran banyak pendatang dikhawatirkan akan mengubah bahkan menimbulkan kerusakan kehidupan dan lingkungan warga lokal, dengan memaksakan keberagaman di daerah orang-orang yang hidup seragam. ***

 

 

 

 

 

Editor: Sanny Abraham

Tags

Terkini

Terpopuler