NGERI, Korban Perkosaan Oknum Guru Pesantren Jadi 21 Orang, Keluarga Ingin Lakukan Ini Pada Pelaku

11 Desember 2021, 12:10 WIB
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto. /Dok pribadi/


DESKJABAR
- Santriwati yang menjadi korban perkosaan oknum guru pesantren di Bandung  tidak hanya 12 tetapi jumlahnya ada 21 orang.

Santriwati yang menjadi korban perkosaan oknum guru pesantren di Bandung itu 10 di antaranya warga Garut dan selebihnya dari daerah lain.

Seorang santriwati yang  menjadi korban perkosaan oknum guru pesantren di Bandung berasal dari wilayah Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga: TERBARU KASUS SUBANG, Pembunuh Amel dan Tuti Segera Terungkap, Ada Jejak Danu Disitu Salah Satunya Bekas Luka

Baca Juga: Cara Menerka Orang yang Mempunyai Khodam Pendamping, Lihatlah 5 Ciri-ciri Ini

Dan,  8 santriwati yang berasal dari Garut kondisinya sedang hamil dan ada yang sudah melahirkan.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Diah Kurniasih mengatakan, korban semuanya ada 21 bukan hanya orang Gurut saja tetapi juga dari Cimahi dan juga Bandung.

P2TP2A terus melakukan pendampingan kepada para korban dengan melakukan terapi healing dan juga pengecekan kesehatan para korban.

Baca Juga: Peliharalah, Hewan Ini Bisa Dijadikan Pagar Gaib atau Tolak Bala di Rumah Anda

Baca Juga: Cara Melihat Orang yang Memakai Ilmu Pelet, Inilah Ciri-cirinya

Para orang tua sebelumnya tidak menyangka kalau anak-anaknya menjadi korban perilaku bejad oknum guru pesantren di Bandung.

Dan, ketika tahu anaknya menjadi korban rudapaksa oknum guru pesantren di Bandung, banyak yang syok tidak percaya. Bahkan ada yang sampai kejang-kejang.

Para orang tua mengaku sedih menerima kenyataan yang terjadi. Anaknya dikirim ke pesantren untuk menuntut ilmu malah dijadikan budak pelampiasan hawa nafsu oknum guru pesantren.

Baca Juga: Inilah 3 Weton yang Spesial Dilindungi Khodam Nyi Roro Kidul, Rezeki nya Seluas Pantai Selatan

Baca Juga: Wow, Ternyata Rutin Minum Air Kelapa Bisa Bikin Awet Muda, Begini Penjelasan dr. Zaidul Akbar

Orang tua korban saat mengetahui apa yang terjadi pada anaknya, merasa geram kesal dan ingin membunuh pelaku. Karena sudah tega merusak anaknya.

Para korban kebiadaban HW merupakan satu desa di wilayah Garut Selatan. Jarak daerah tersebut berada si pelosok Garut.

Dari berbagai informasi yang diterima, awal mula kasus rudakpaksa yang dilakukan oknum guru pesantren di Bandung terungkap,  berawal dari kecurigaan orang tua melihat perubahan tubuh anaknya saat pulang kampung.

Baca Juga: Update, Kode Redeem FF Free Fire 11 Desember 2021, Ayo Sob Klaim, Gratis Vandals, Katana, Imperial, Garena FF

Saat lebaran, para santri biasanya pulang kampung atau saat ada keperluan mendesak. Tidak tahan dengan apa yang dialami, salah satu santri curhat kepada orang tuanya.

Mendengar pengakuan anaknya yang dipaksa untuk melayani nafsu bejatnya, orang tua santri tersebut shok dan kaget tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Lebih tidak percaya lagi kalau anaknya memiliki anak yang sudah berusia 1,5 tahun. Dan, perilaku keji HW kepada para santri sudah berlangsung lama.

Baca Juga: UPDATE Kasus Subang, Hasil Test Kesehatan DANU SUBANG Keluar? Ini Penjelasan Pihak Danu

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah  KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan, para korban rudapaksa harus mendapatkan pendampingan psikologis dan juga kesehatan.

Para korban benar-benar butuh bimbingan dan arahan, karena usianya di bawah umur dan sudah menerima beban perempuan dewasa hamil dan melahirkan.

"Para korban sudah harus mendapatkan terapi healing secara berkala dan butuh pemeriksaan kesehatan.Karena para korban secara fisik belum siap untuk hamil dan melahirkan," katanya.

Baca Juga: FAKTA BARU Korban Pemerkosaan HW Bertambah Menjadi 21 Santriwati

Hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan sesuai perkembangan usia anak dan psikologis, kata Ato, harus benar-benar menjadi perhatian serius pemerintah agar psikologis anak bisa pulih.

"Secara psikologis anak sangat terganggu. Ini harus menjadi perhatian semua pihak untuk bersama-sama mengembalikan psikologis anak," katanya.

Yang menjadi persoalan saat ini, kata Ato, kondisi para korban yang tinggal di pelosok Kabupaten Garut. Untuk bisa ke Kota Garut itu butuh perjuangan yang panjang.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Tuyul Tidak Mampu Mencuri Uang di ATM (Anjungan Tunai Mandiri)

Apakah korban yang merupakan warga satu desa di pelosok Kabupaten Garut itu sudah mendapatkan hak- haknya atau belum.

KPAID Kabupaten Tasikmalaya masih menunggu arahan KPAID Pusat untuk ikut membantu para korban di Garut. Karena secara geografis lebih dekat dari Tasikmalaya daripada dari wilayah Garut.***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler