Tasikmalaya, Pesantren Cilenga, Memiliki Potongan Sejarah Pahlawan KH Zainal Mustafa

20 Oktober 2021, 14:36 WIB
Para santri di Pondok Pesantren Cilenga, Kecamatan Selawangi, Kabupaten Tasikmalaya, dan Mama Ajengan Agus Ramdhani (tengah batik hitam), 10 Oktober 2021 /DeskJabar

 

DESKJABAR -  Tokoh KH Zainal Mustafa diketahui dicatat merupakan salah seorang pahlawan nasional asal Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pondok Pesantren Cilenga, Singaparna, Tasikmalaya, memiliki potongan catatan sejarah terkait riwayat pahlawan nasional KH Zainal Mustafa (kadang ditulis Zainal Musthofa).

Memang ada sebagian catatan menyebutkan, bahwa KH Zainal Mustafa pernah mondok di Pesantren Cilenga, namun tak disebutkan tahunnya.

Selama ini, pada sejumlah catatan riwayat tentang KH Zainal Mustafa umumnya tidak mencantumkan riwayat pada tahun 1924 s.d 1927.

Dalam catatan umum, bahwa KH Zainal Mustafa mulai menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Saudi Arabia pada tahun 1927.

Baca Juga: Pahlawan KHZ Mustofa dan KH. Ilyas Ruhiat, Pimpinan Pesantren Cipasung, 2 Tokoh Jebolan Ponpes Cilenga

Sosok KH Zainal Mustafa (ditulis juga Zainal Musthofa) diketahui merupakan tokoh perlawanan terhadap pasukan Jepang, di Pondok Pesantren Sukamanah, Sukarame, Tasikmalaya, pada 25 Februari 1944.

Ada pun Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Sariwangi, lokasinya berada di sekitaran atau berdampingan dengan Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Mama Ajengan Agus Ramdhani, pimpinan Pondok Pesantren Cilenga, Desa Selawangi, Kecamatan Sariwangi,Kkabupaten Tasikmalaya, kepada tim DeskJabar, baru-baru ini menyebutkan, bahwa KH Zainal Mustofa pernah “mondok” (istilah masantren) di Pondok Pesantren Cilenga pada tahun 1924-1927.

Tentu saja, sewaktu tahun 1924-1927 tersebut, KH Zainal Mustafa belum menjadi haji, karena baru menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.

Baca Juga: Maulid Nabi Muhammad SAW, Ustadz Abdul Somad Sebutkan Apa Sholawat yang Boleh

Menurut Mama Ajengan Agus Ramdhani,  sekembalinya dari ibadah haji pada tahun 1927, KH Zainal Mustafa  mendirikan pesantren di Kampung Cikembang dengan nama Sukamanah.    

Nah, dengan keterangan Mama Ajengan Agus Ramdhani tersebut, menjadi terjawab potongan sejarah yang hilang terkait riwayat KH Zainal Mustafa selama tahun 1924 s.d 1927 tersebut.

Mama Ajengan Agus Ramdhani pun menceritakan sekilas sejarah Pondok Pesantren Cilenga, Singaparna, Tasikmalaya itu.

Disebutkan, Pondok Pesantren berdiri sudah satu abad lebih tepatnya didirikan pada tahun 1917, saat Muhammad Sobandi saat itu mengenyam pendidikan selama 12 tahun di Mekkah Arab Saudi dan bermukim di Cilenga hingga mendirikan Pesantren Cilenga.

Baca Juga: Maulid Nabi Muhammad SAW, Benarkah Mengucapkan Selamat tidak akan Masuk Neraka? Buya Yahya Menjawab

Sementara itu kembali kepada sosok KH Zainal Mustafa, memasuki catatan semasa zaman Perang Dunia II, ada beberapa versi mengenai peristiwa konflik pihak Indonesia pada Pesantren Sukamanah, Singaparna yang dipimpin KH Zainal Mustafa pada 25 Februari 1944.

Versi yang umum beredar, adalah seputar tuntutan kemerdekaan Pulau Jawa dimana pihak Pondok Pesantren Sukamanah yang dipimpin KH Zainal Mustafa memberi ultimatum dan perlawanan kepada Jepang.

Versi lainnya, penyebab terjadinya konflik antara KH Zainal Mustafa dan para santrinya terhadap pasukan Jepang, adalah protes persoalan wajib hormat kepada arah matahari terbit di Jepang.

Namun muncul pula informasi tidak resmi lainnya alias rumor, bahwa pada saat kejadian itu, disebabkan ada isu di Pesantren Sukamanah terdapat pasukan Amerika sedang bersembunyi.

Baca Juga: Ustadz Khalid Basalamah Pandangan Soal Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Dalam rumor tersebut, bahwa pasukan Jepang mengira di pesantren itu menyembunyikan kehadiran pasukan Amerika.

Jika rumor ini benar, boleh jadi, pasukan Jepang ternyata termakan hoaks pihak ketiga, yang ingin menghancurkan membuat Pondok Pesantren Sukamanah yang dipimpin KH Zainal Mustafa itu dengan “meminjam tangan” pasukan Jepang.

Yang pasti, daerah Tasikmalaya sampai kini dikenal kehidupan masyarakatnya yang kental religius agama Islam.

Karena itulah, suasana kehidupan di Tasikmalaya yang banyak pesantren, dikenal aman dan damai.

Lain halnya jika ada pihak yang mengganggu atau membuat gara-gara, maka para santri ramai keras dan tegas melakukan perlawanan.

Ini tercatat sejumlah peristiwa di Tasikmalaya sebelumnya, baik zaman perang maupun zaman kekinian. ***

 

 

 

Editor: Sanny Abraham

Tags

Terkini

Terpopuler