Wickremesinghe mendapat dukungan dari partai yang berkuasa di Sri Lanka Podujana Peramuna (SLPP), sebelumnya dia pernah gagal 2 kali dalam pemilihan presiden sejak tahun 2000, terakhir melawan Mahinda Rajapaksa
Para pengunjuk rasa menuduh Wickremesinghe melindungi Rajapaksa, dan membuat kesepakatan dengan keluarga Rajapaksa tetapi semua itu tidak bisa menghalangi saingan politik mengalahkannya.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan dirasakan dimulai pada awal tahun ini, Gotabaya Rajapaksa memberikan kepercayaan ke Wickremesinghe, dia berharap mantan perdana menteri ini bisa membawa Sri Lanka ke luar dari krisis ekonomi.
Namun penunjukan itu semakin membuat marah para pengunjuk rasa, yang menginginkan elit penguasa negara itu yang sebagian besar dikendalikan oleh Gotabaya Rajapaksa, angkat kaki.
Tepatnya pada 9 Juli tahun ini pengunjuk rasa turun ke jalan, puluhan ribu rakyat Sri Lanka menduduki gedung sekretariat Presiden dan kediaman resmi Perdana Menteri yang dinamakan Temple Trees.
Selain itu kediaman pribadi Wickremesinghe yang berada di Kolombo, dibakar pengunjuk rasa. Karena desakan pengunjuk rasa yang semakin kuat, akhirnya Gotabaya mengundurkan diri dari kursi presiden dan melarikan diri ke Maladewa kemudian pada 14 Juli 2022 mendarat di Singapura.
Tetapi Wickremesinghe menolak untuk mundur dan dinyatakan sebagai pejabat presiden yang ditugaskan untuk membentuk pemerintahan baru.
Dalam perjalanan karirnya Wickremesinghe telah beberapa kali memenangkan pemilihan umum, tetapi tidak pernah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Perdana Menteri. Mungkin dia sekarang merasa bahagia karena telah dipilih menjadi kepala negara, cita-cita yang telah lama di idam-idamkan.