DESKJABAR – Konflik Ukraina dan Rusia memasuki babak baru. Invasi besar-besaran yang dilakukan Rusia telah membuat warga Ukraina mengungsi ke luar negaranya.
Dalam satu minggu, lebih dari 1 juta orang terpaksa mengungsi melarikan diri keluar dari Ukraina. Mereka mencari perlindungan dari gempuran Rusia terhadap negara mereka.
Ratusan ribu diantara pengungsi Ukraina tersebut adalah anak – anak. Banyak diantara mereka yang melarikan diri dari Ukraina tanpa ditemani oleh orang tua ataupun pendamping.
Anak – anak Ukraina tersebut terpisah dari orang tua mereka dan “terdampar” sendiri di negeri orang. Kondisi ini tentu membuat mereka rentan mengalami kejahatan.
Hal ini terungkap dalam pernyataan bersama Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell dan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi, yang dirilis melaui Unicef.org, Senin 7 Maret 2022.
Pernyataan bersama ini bertajuk “Anak – anak tanpa pendamping dan terpisah yang melarikan diri dari konflik yang meningkat di Ukraina harus dilindungi.”
Anak – anak Ukraina tanpa pengasuhan orang tua tersebut berisiko mengalami tindak kekerasan, pelecehan dan eksploitasi.
Ketika anak – anak Ukraina ini dipindahkan melintasi perbatasan, maka risikonya menjadi berlipat ganda. Risiko perdagangan anak juga melonjak dalam keadaan darurat.