Franz Rademacher, kepala Departemen Yahudi di Kantor Luar Negeri Jerman, mengusulkan ide tersebut pada bulan Juni 1940, tak lama sebelum kejatuhan Prancis.
Proposal tersebut menyerukan penyerahan kendali atas Madagaskar, yang saat itu merupakan koloni Prancis, ke Jerman sebagai bagian dari persyaratan perdamaian akhirnya.
Gagasan untuk memukimkan kembali orang Yahudi Polandia di Madagaskar, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Prancis, diselidiki oleh pemerintah Polandia pada tahun 1937.
Namun satuan tugas pihak Nazi untuk mengevaluasi potensi pulau tersebut, memperhitungkan hanya 5.000 hingga 7.000 keluarga dapat ditampung, atau bahkan sedikitnya 500 keluarga menurut beberapa perkiraan.
Karena upaya Nazi untuk mendorong pengusiran orang-orang Yahudi dari sebelum Perang Dunia II hanya berhasil sebagian, gagasan untuk mendeportasi orang Yahudi ke Madagaskar adalah dihidupkan kembali oleh pemerintah Nazi pada tahun 1940.
Dengan persetujuan Adolf Hitler, Adolf Eichmann merilis sebuah memorandum pada 15 Agustus 1940 yang menyerukan relokasi 1 juta orang Yahudi per tahun selama empat tahun, dengan pulau yang diperintah sebagai negara polisi di bawah SS (SchutzStaffel, unit khusus politik dan militer bentukan Nazi).
Namun, rencana pihak Nazi itu tidak berjalan karena blokade angkatan laut Inggris, apalagi menyusul kegagalan Nazi Jerman dalam pertempuran di Inggris (Battle of Brittain).
Namun kemudian, disebut-sebut dalam sejarah dunia yang dimunculkan oleh pihak Sekutu (kapitalis) dan Uni Soviet (komunis), dimana mereka memaksa masyarakat dunia percaya bahwa Nazi kemudian melakukan sesuatu yang disebut final solution (solusi akhir) yaitu genosida sistematis terhadap orang Yahudi, melalui berbagai kamp konsentrasi.