Nasa melanjutkan, tiga kampung ini masing-masing menitikberatkan pada sektor yang berbeda.
Kampung Cibeo misalnya, kampung ini lebih menitik beratkan pada sektor pertanian, sedangkan kampung Cikertawarna dan Cikeusik pada aspek pengobatan serta keagamaan / religi.
Masing-masing Kampung dipimpin oleh seorang Puun atau kepala Dusun yang diangkat berdasarkan silsilah keluarga. Bisa keturunan langsung ataupun memiliki pertalian keluarga seperti paman.
Secara visual perbedaan warga Kampung Baduy Luar dan Baduy Dalam bisa dilihat dari pakaian dan ikat kepala.
Warga Baduy Luar menggunakan pakaian adat berwarna Hitam dan ikat kepala berwarna biru. Sedangkan warga Baduy Dalam menggunakan pakaian berwarna putih atau hitam dengan ikat kepala berwarna putih.
Kaum lelaki warga Baduy Dalam menggunakan pakaian bagian bawah bernama kain Maros yang
Dililitkan di pinggang sebagaimana penggunaan kain sarung bagi laki-laki.
Kain Maros memiliki dua warna yakni putih dan abu yang ditenun dengan motif salur. Garis salur pada kain Maros memiliki warna putih dengan ketebalan garis yang berbeda.
Konon motif salur yang berbeda-beda ini adalah untuk menandakan warga yang memiliki jabatan atau tidak di desanya.
Pernikahan Baduy
Pada usia 10 tahun antara anak laki-laki dan perempuan Baduy Dalam sudah dijodohkan dengan pasangan yang menurut calon besan dirasakan cocok untuk disatukan menjadi sepasang suami istri kelak setelah mereka dewasa.