Pepohonan cemara yang besar, kawasan sepi yang diapit dua puncak ini semakin memberikan kesan angkernya tatkala kami mendengarkan rombongan Tim Tasik yang akan segera sampai di Pos Sabana Lonceng dan bergabung pasang tenda di sekitar kami malam itu.
Sayup terdengar beberapa pendaki berteriak memanggil kami, hal ini lazim kami lalukan saat kami sampai di sebuah Pos peristirahatan sebagai salam kepada alam dan pendaki yang sudah berkemah lebih dahulu.
Dugaan kami meleset, hingga beberapa menit lamanya Suara teriakan pendaki dari Tasik ini tidak pernah sampai ke tenda kami bahkan keesokan harinya.
Lha terus yang berteriak barengan Siapa???
Kami saling berpandangan satu sama lain. Salah satu teman kami berteriak di dalam tenda di kegelapan malam Sabana Lonceng yang bisu.
“Guys... Tadi denger rombongan pendaki cewek berteriak gak?, “ Temen saya nanya sambil berteriak ke tenda tetangga kami.
Dari sebelah tenda kami ada jawaban yang mengejutkan sekaligus menegangkan. “Ya Gitu Deeech,” balasnya
Kami bergegas menghabiskan makan malam kami, lalu memilih masuk Sleeping Bag, tidur dan berharap pagi cepat datang dan tidak ada lagi yang mengganggu kami malam mengerikan itu. (bersambung).***