DESKJABAR - Sejak lama Kabupaten Garut memiliki buah Jeruk dengan varietas unggul yang terkenal ke berbagai kota di Indonesia, dikenal dengan nama Jeruk Garut.
Jeruk Garut pernah berjaya dan dipasok ke berbagai daerah di Indonesia sekitar tahun 1980an.
Namun sejak letusan Gunung Galunggung pada April 1982 lalu, perkembangan Jeruk Garut mengalami perubahan yang sangat drastis.
Jika dulu Jeruk Garut bisa kita temukan dengan mudah, pasca letusan Gunung Galunggung menjadi benda langka. Banyak orang menganggap varietas jeruk Garut asli sudah punah.
Beberapa penelitian menyebutkan kelangkaan Jeruk Garut disebabkan oleh hama yang menempel pada buah jeruk.
Untuk tetap melestarikan jeruk Garut sebagai tanaman dengan kearifan lokal, pada tahun 2016 dikelolalah agrowisata kebun jeruk Garut seluas 1,2 Hektare. Semula tanah milik H. Dikdik ini ditanami sayuran.
Rizal Fahreza putra dari H. Dikdik ikut dalam pengembangan budi daya jerukini. Tidak hanya dikelola sebagai kebun jeruk Garut saja, lahan 1.2 hektare tersebut difungsikan sebagai kawasan agrowisata petik jeruk Garut, wisata edukasi sekaligus wisata kuliner.
Sesuai dengan kondisi jeruknya yang masih segar karena dipetik langsung dari pohonnya, keluarga ini memberi nama Eptilu – atau F tiga (Fresh From Farm) yang berarti Buah segar dari kebun.