Network
”Pengembangan usaha pembudidayaan dan bisnis ikan kancra ini bersifat strategis. Selain merupakan ikan air tawar khas Jawa Barat yang di masa lalu pernah menjadi kultur, juga berperan konservasi karena termasuk sylvofishery (wanaikan) ikan ini habitat ikan hutan,” ujar Setra Yuhana.
Dikatakan, ikan kancra, khusus spesies tor soro, ada yang asli Jawa Barat dan merupakan terbaik di dunia. Pengembangan kembali bisnis ikan kancra juga sejalan pelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat yang didukung Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
Baca Juga: Dolar Kembali Melemah, di Akhir Perdagangan Sabtu 20 Februari 2021
Gambaran harga
Ikan kancra, yang habitatnya di daerah hulu sungai atau sungai yang tidak tercemar, masih ada di Jawa Barat. Prospek ekonominya sangat baik, misalnya di Malaysia rata-rata dijual 700 ringgit per kg dan di Jakarta Rp 2 juta per kg.
Menurut Setra Yuhana, pasar ekspor pembeli ikan kancra ini adalah ke Malaysia, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Korea, Jepang dan Tiongkok. Masyarakat di negara-negara itu diketahui sangat menggemari mengonsumsi ikan kancra, sebagai ikan yang rasanya sangat lezat.
Ikan kancra dijadikan pula sebagai bahan membuat sushi atau sasimi (mentah), sedangkan untuk dimasak untuk masakan China, Melayu, maupun Barat termasuk ikan asap.
Ikan kancra juga disebut ikan dewa, ikan mahseer, juga terdapat di Kalimantan dan Sumatra, disebut ikan udikan, ikan kambangan, ikan tambra, ikan jurung, dan ikan semah. Pada zaman lampau, ikan kancra menjadi sajian khusus para raja dan bangsawan, oleh Belanda pun bisnisnya sejajar ikan salmon.
Di antara kalangan tertentu, menurut Setra Yuhana, ikan kancra bukan hanya untuk konsumsi, juga sering dijadikan sebagai ikan hias. Pemeliharaan ikan kancra dengan keelokan dan kegagahannya sering dianggap simbol oleh seseorang untuk prestise sebagai jalmi jegud (kejayaan dan kesuksesan). ***
