Pemutar Video Pernah Berjaya pada Tahun 1980an, Diganti Laser Disc hingga Teknologi DVD, Kemana Mereka?

26 Oktober 2022, 08:38 WIB
Salah satu perangkat DVD player yang mampu memutar film dengan teknologi DVD, CD Audio, Mp3 hingga Flashdisk. /Dicky Harisman/

DESKJABAR - Masih ingat teknologi Digital Versatile Disc (DVD) yang dirilis negara Jepang pada tahun 1995 dan kemudian diperkenalkan kepada khalayak pada akhir 1996?

DVD yang merupakan storage atau penyimpanan data yang lebih besar dari teknologi sebelumnya ini konon mampu menampung data hingga 17.08 GB.

Data yang disimpan dalam teknologi ini kemudian dikembangkan tak hanya melulu menyimpan data saja, metamorfosa DVD dikembangkan kedalam teknologi picture sehingga perangkat DVD bisa memuat gambar dan menghasilkan megapixel yang cukup besar.

Teknologi DVD sempat booming di dunia termasuk di Indonesia, teknologi sebelumnya Video CD atau VCD yang dengan gagahnya mengalahkan gambar video telah mencuri perhatian masyarakat dunia terutama penyuka film.

Baca Juga: Bima Arya Sugiarto: Bangunan Tanpa IMB Kawasan Zona Hitam Rawan Longsor Dibongkar, Warga Direlokasi

Jika kita melihat lagi perjalanan teknologi film yang ada pada tahun 1970 an kita bisa menyaksikan masyarakat kal itu masih menggunakan alat berupa proyektor.

Karena perangkatnya yang terhitung mahal, teknologi ini tidak diproduksi secara massal. Berada dalam lingkungan tertentu.

Pada penghujung 1970an perusahaan elektronik Jepang, SONY mengeluarkan video Betamax SL-8080 SE yang merupakan seri pendahulu dari video SONY seri C7 pada tahun 1980an.

Teknologi video menjadi pemandangan yang lumrah di tahun 1980an. Beberapa film box office hingga film baru pun dikemas dalam bentuk video.

Beberapa toko berubah menjadi peminjaman atau rental video. Ada juga yang menjemput bola dengan meminjamkan sewaan video per hari ke rumah-rumah.

Baca Juga: DENSUS 88 Saat Ini Tengah Periksa Wanita Penerobos Istana Negara, Guru TK di Lampung Bantah Keterlibatannya

Peralihan teknologi proyektor ke video tak berlangsung lama. Saat video masih menjadi pilihan masyarakat muncul teknologi laser disc pada awal 1990 an menawarkan teknologi film yang lebih jernih dari sisi suara dan picture.

Teknologi sound pada bioskop bernama Doulby System pun diadopsi oleh perangkat pengeras suara atau amplifier yang mengadopsi system suara doulby.

Perusahaan Jepang seperti Pioneer dan Denon berebut mencuri pehatian publik dengan mengeluarkan amply yang mampu memisahkan sistem suara pada perangkat pemutar film.

Bagi mereka para penghobi film teknologi ini langsung direspon dengan gembira.

Baca Juga: KLAIM Kode Redeem FF 26 Oktober 2022, Terbaru, CEPET Bosqu Ada Hadiah Tak Disangka-sangka, GRATIS dari GARENA

Menonton film dengan perangkat laser disc player dan didukung perangkat sound dari amply Doulby system menjadi hobi baru.

Sayang laser disc ini kepingnya masih terlalu mahal pada saat itu dibandrol seharga Rp 400 hingga 800 ribu rupiah.

Lagi-lagi pengusaha rental laser disc menjadi dewa penolong dari mahalnya harga untuk satu keping film laser disc.

Teknologi DVD yang diperkenalkan pada era 1996 menjadi puncak dari resolusi film yang pernah ada sebelumnya.

Dimungkinkan karena hasil resolusi picture yang dihasilkan telah menyempurnakan teknologi berbasis laser sekalipun seperti laser disc.

Baca Juga: Tidur 8: Menjadi Trending topik di Twitter, Lama Waktu Tidur yang Dibutuhkan oleh Tubuh, Manfaat Beradu 8 Jam

Tak hanya memiliki gambar yang bagus, dengan sistem pengolahan data suara yang telah dipisahkan membuat tontonan semakin berkelas.

Teknologi DVD bisa dipadupadankan dengan system suara yang dikenal dengan teknologi Home Theatre 5.1 Surround.

Pada system teknologi Doulby hanya mampu memisahkan suara front (depan) dan latar belakang (rear) saja. Namun pada teknologi Home Theatre 5.1 Surround penonton bisa mendengar percakapan pemain yang dipisahkan dalam satu speaker pusat (center).

Suara depan dan belakang dipisahkan melalui alat tersebut sehingga penonton bisa menikmati adegan film lebih hidup dengan perangkat Home Theatre 5.1 Surround ini.

Terlebih jika menyaksikan adegan film action atau kolosal. Penonton akan terhipnotis dengan tata suara yang begitu hidup berasa seperi di bioskop.

Ya, karena alat Home Theatre 5.1 Surround ini adalah bioskop yang dipindahkan ke rumah anda. Keping film DVD masih beruntung dijual dengan harga tidak terlalu mahal.

Format datanya yang mudah diisi dan dicopy menjadikan film DVD mudah diproduksi secara masal, maka lahirlah istilah DVD bajakan yang saat itu dijual tak lebih dari lima ribu rupiah bahkan belakangan diobral menjadi 10.000 dapat 3 keping.

Sama dengan teknologi sebelumnya, pasca teknologi DVD merajalela, giliran teknologi Blueray yang lahir terakhir.

Blueray menjadi penyempurna teknologi picture dari teknologi yang ada sebelumnya, namun piranti ini tak ramah dikantong. Harga perangkat player berbasis Blueray sangat mahal.

Beberapa perusahaan berbasis film akhirnya membuat terobosan baru, kehadiran penyedia kanal film seperti Netflix menjadi solusi dari para penghobi film.

Dibandrol dengan harga langganan perbulan yang kian hari kian ramah di kantong, keberadaan penyedia kanal film baik film nasional. Asia, dan negara lainnya ini ditenggarai telah mengalahkan teknologi TV kabel yang memiliki resolusi lebih rendah. ***

 

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: data pribadi

Tags

Terkini

Terpopuler