Pencinta Buku? Kenapa Tidak Mencoba Menjadi Bookfluencer

24 Januari 2021, 23:14 WIB
Ilustrasi membaca buku. /PEXELS/Rahul Shah


DESKJABAR
- Influencer atau pemengaruh tak melulu soal fesyen, makanan atau wisata.

Pencinta buku, baik pembaca atau mereka yang membuat konten, juga dapat berpartisipasi sebagai bookfluencer atau pemengaruh buku dengan menyebarkan energi positif lewat tulisan dan media sosial. 

Hestia dari komunitas Baca Bareng berpendapat bookfluencer memiliki peran penting dalam menciptakan komunitas dan ekosistem yang baik. Seorang bookfluencer dapat menciptakan diskusi mengenai buku lewat pendapatnya, termasuk lewat kritik yang disampaikan dengan cara baik.

Baca Juga: Info Covid-19, Wilayah Bogor Masuk Zona Merah, Dua Kecamatan Ini Justru Kembali ke Zona Hijau

"Bookfluencer bukan artinya dapat buku gratis lalu sungkan, jadi pasif dan tidak berani mengkritisi," kata Hestia di bicang-bincang daring Reader's Gathering: Bookfluencer 101 dari Ruang Tengah, Minggu, 24 Januari 2021.

Penulis Okky Madasari menawarkan manifesto mengenai bookfluencer. Media sosial adalah ruang publik yang harus dimanfaatkan dan kebisingan serta kedangkalan yang mendominasi media sosial harus diubah jadi percakapan gagasan, ekspresi kreativitas, opini yang berdampak serta pertanyaan kritis dan cerita-cerita yang berjiwa.

Senada dengan Hestia, Okky mengatakan, pemengaruh buku bukan sekadar alat promosi alias buzzer. Perannya lebih dari itu, untuk menciptakan percakapan gagasan dan opini yang berdampak di media sosial.

Baca Juga: 70% Rakyat Jepang Berpikir Bahwa Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2021 Harus Dibatalkan

Buku selaris apa pun terasa kurang memuaskan untuk penulis bila gagasannya tidak banyak didiskusikan oleh pembaca.

"Kalau tidak ada bookfluencer, bagaimana caranya kita tahu gagasan buku kita didiskusikan?"

Pemengaruh buku juga lebih dari sekadar pengulas. Dia mengatakan, bookfluencer harus menempatkan diri sebagai pencipta wacana dan pemantik percakapan tentang gagasan yang tertulis dalam sebuah buku, termasuk relevansinya dengan persoalan masyarakat.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Permintaan Rumah Mungil di AS Meningkat, Dibangun hanya dalam Tempo 30 Menit

"Kita tahu kita semua punya opini yang laik untuk disampaikan," katanya, seperti dikutip dari Antara.

Menurut Okky, bookfluencer adalah kritikus generasi baru yang tidak cuma berasal dari dunia akademisi atau komunitas kebudayaan. Pemengaruh buku bisa berasal dari berbagai latar belakang, yang penting ia bisa menginterpretasi sebuah karya, termasuk relevansinya dengan persoalan masyarakat.

Ia menegaskan, mengkritik tidak sama dengan sekadar mencaci maki, melainkan memaknai sebuah karya.

Baca Juga: Juventus vs Bologna, Tambah Tiga Poin Pasukan Andrea Pirlo Naik ke Posisi Empat

Oleh karena itu, seorang pemengaruh buku juga pun diharapkan punya tanggung jawab meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga bisa menghasilkan wacana serta percakapan berkualitas.

Hestia menambahkan, siapa pun yang mencintai buku bisa jadi seorang pemengaruh, meski jumlah pengikutnya di media sosial belum seberapa.

"Selama kamu memang suka, tulis saja," ujar dia.***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler