DESKJABAR – Komoditas jahe merupakan salah satu hasil pertanian yang sangat banyak dicari karena kebutuhan tinggi oleh masyarakat. Budidaya jahe banyak manfaatnya, bukan hanya dilakukan pada lahan luas, tetapi dapat pula dilakukan pada lahan terbatas yang cocok untuk urban farming.
Usaha budidaya jahe bukan hanya untuk skala bisnis, tetapi bisa dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri, khususnya ditanam di pekaranan. Menanam jahe bisa dilakukan pada lahan seadanya, minimal satu pohon untuk cadangan sebutuhan sendiri.
Agar budidaya jahe sukses, harus memperhatikan ciri-ciri bibit yang sehat. Bukan hanya untuk skala besar usaha pertanian di kebun, juga dapat dilakukan secara urban farming baik pekarangan rumah maupun fasilitas lingkungan warga.
Baca Juga: Alokasi Pupuk Bersubsidi 2024 Ditambah, Jawa Barat Berterima Kasih kepada Menteri Pertanian
Ciri-ciri bibit jahe yang sehat
Pihak Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian memberikan gambaran, jika budidaya jahe menggunakan bibit yang tidak sehat, hasilnya sering menjadi tidak optimal. Kondisi terjadi, adalah lama pertumbuhan jahe menjadi lamban, tampilan jahe tidak menarik, serta ukurannya tidak sesuai harapan.
Karena itu, penggunaan bibit yang sehat sangat dianjurkan untuk budidaya jahe. Apalagi, ditunjang dengan kondisi tanah yang sehat, sehingga mendukung pula kecepatan pertumbuhan dan ukuran jahe dalam tanah.
Untuk memperoleh bibit jahe, biasanya diperoleh dari penangkar bibit, balai lingkup dinas pertanian, maupun penjual bibit. Namun kualitas bibit jahe yang sehat sangat dipentingkan, dimana dari lingkup pemerintah bisa dijamin kualitasnya, lain halnya dari penjual atau penangkar bibit harus jeli agar memperoleh kualitas bagus.
Jadi, kita jangan asal menanam jahe, karena jika bibit dipergunakan ternyata kualitasnya jelek sehingga akan merugi modal. Begitu pula jika ditanam di pekarangan atau fasilitas lingkungan, bibit jahe yang jelek tidak akan tumbuh bagus sehingga akan menjadi sia-sia.
Ada pun ciri-ciri bibit jahe yang sehat adalah :