Selain penurunan harga, tekanan dari konsumen terus berlanjut, terutama dengan pemberlakuankebijakan European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) dari Uni Eropa yang berpotensiturut mempengaruhi perdagangan karet alam.
Mendag Zulkifli Hasan menyebutkan, pertemuan bilateral ini menjadi momentum menguatkan hubungan bilateral Indonesia dan Thailand, khususnya dalam mengatasi tantangan dan meningkatkan harga karet.
Baca Juga: Usaha Perkebunan Karet Ada Harapan Pulih dari Penyakit Gugur Daun Karet, Kini Ada Inovasi Teknologi
Rendahnya harga karet akan berdampak terhadap ketersediaan karet alam di masa depan karena mendorong petani karet untuk alih komoditas. Sejatinya, harga karet yang yang terlalu rendah akan menurunkankesejahteraan petani.
“Bila hal ini terjadi secara berlarut, dikhawatirkan sektor komoditas karet akan ditinggalkan. Kolaborasi negara-negara produsen karetterbesar, Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) diperlukan.Untukmemperkuat posisi,ITRC menggandeng negara eksportir karet lain seperti Vietnam, dan Filipina, bersamamemperjuangkan peningkatan harga karet," ungkap Mendag Zulkifli Hasan.
Bersama Thailand dan Malaysia, Indonesia bergabung dalam kerja samaITRC yang memiliki kontribusi 58 persen dari produksi karet alam dunia.ITRC berkomitmen menjaga stabilitas harga karet alam di tingkat yang menguntungkan bagi petani serta menjaga permintaan dan penawaran karet alam dunia. ***