PTPN VIII Genjot Produktivitas Usaha Perkebunan Karet di Jawa Barat

- 15 Maret 2023, 09:41 WIB
Unit perkebunan karet PTPN VIII di Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat.
Unit perkebunan karet PTPN VIII di Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Perusahaan perkebunan negara PTPN VIII menggenjot produktivitas tanaman karet pada sejumlah unit perkebunan yang dikelola di Jawa Barat. Bisnis produksi karet PTPN VIII masih ada pada sejumlah unit perkebunan di Cianjur, Sukabumi, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Banjar dan Ciamis.

Terobosan dilakukan oleh PTPN VIII untuk memperbaiki bisnis usaha komoditas karet. Misalnya, produktivitas tanaman, menggairahkan situasi kerja, efisiensi usaha, dsb.

Usaha komoditas karet tetap dinilai potensial oleh PTPN VIII, dengan dilakukan sejumlah pembenahan. Dengan meningkatnya produktivitas, diharapkan akan meningkatkan pemasukan untuk memperbaiki margin hasil usaha.

Target kenaikan produktivitas

SEVP Business Support PTPN VIII, Hariyanto, kepada DeskJabar, di Bandung, Senin, 13 Maret 2023 menyebutkan, bahwa tahun 2023 ini, ditargetkan rata-rata produksi karet kering 1.200 kg/ha dari selama ini rata-rata 900 kg/ha. Ini berarti targetnya kenaikan produktivitas sekitar 300 kg/ha.

Untuk mendukung kenaikan target produktivitas tersebut, disebutkan, PTPN VIII juga meningkatkan kegairahan situasi kerja pada unit perkebunan karet. Misalnya, dilakukan remunerasi alias bonus bagi pekerja di perkebunan karet.

 Baca Juga: PTPN VIII Gunakan Mesin Petik Listrik di Perkebunan Teh, Produksi Ramah Lingkungan

Di Jawa Barat, PTPN VIII masih mengusahakan komoditas karet dengan luas areal 19.540,53 hektare. Unit-unit perkebunan karet PTPN VIII yaitu Cibungur, Pasirbadak, Cikaso (Sukabumi), Agrabinta (Cianjur), Cikumpay (Purwakarta), Jalupang, Wangunreja (Subang), Mira-Mare, Bunisari-Lendra (Garut), Bagjanegara (Tasikmalaya), Batulawang dan Cikupa (Banjar).

Tetapi sejumlah unit perkebunan karet PTPN VIII di Jawa Barat itu kini sudah digabung-gabungkan manajemennya, dengan istilah right sizing.

Sementara itu, pada bisnis karet dunia, diperoleh gambaran potensi kebangkitan bisnis karet pada tahun 2023 sampai lima tahun mendatang.

Baca Juga: PTPN VIII Genjot Pemasaran Teh ke Eropa dan Australia, Bangkitkan Bisnis Perkebunan Teh

Dilansir perusahaan industry karet Amerika Serikat, Apple Rubber, bahwa perubahan besar akan terjadi pada industri karet pada tahun 2023. Meskipun industri ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang stabil selama dekade berikutnya.

Peraturan baru dan masalah rantai pasokan yang sedang berlangsung, menghadirkan tantangan tambahan bagi produsen dan pemasok.

Permintaan meningkat

Menurut European Rubber Journal, International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan bahwa keseluruhan permintaan karet akan meningkat sebesar 2,8% pada tahun 2023, diikuti dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 2,4% dalam permintaan karet antara tahun 2023 dan 2031.

Baca Juga: Mengenal Populasi Hewan pada Perkebunan Sawit di Jawa Barat dan Banten, PTPN VIII dan Swasta

Produksi karet alam pulih sebesar 5,4% pada tahun 2021, namun masih lebih rendah dari puncaknya pada tahun 2018. Namun, produksi karet alam diperkirakan akan meningkat lebih lanjut sebesar 2,9% pada tahun 2023.

Terdapat ekspektasi bahwa pasar akan semakin ketat karena rendahnya tingkat pengembangan perkebunan baru dan penanaman kembali.  

Sebagai gambaran, usaha perkebunan karet dimana Indonesia dan Thailand menjadi produsen terbesar, masih berupaya agar bisnis komoditas ini membaik. Sementara Malaysia sudah tidak lagi termasuk penghasil utama karet alam dunia.

Tetapi, usaha perkebunan karet malah muncul tumbuh di Vietnam dan Cina. Kedua negara tersebut melihat bahwa kebutuhan karet alam tetap tinggi, untuk bahan baku produksi ban. ***

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Berbagai Sumber Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x