“Hama menjadi tidak suka memakan tanaman padi, sehingga petani tak perlu lagi menggunakan insektida. Ini membuat biaya produksi petani menjadi jauh berkurang,” ujar Dian Hurip.
Dengan demikian, petani tidak perlu lagi menyemprot tanaman padinya dengan pestisida untuk mengendalikan hama. Sebab, biasanya salah satu biaya produkti yang tinggi adalah penggunaan pestisida sekitar 8-12 kali per tanaman.
Baca Juga: SUMEDANG, Banyak Jenazah dari Kuburan di Jatinangor Tergusur Tol Cisumdawu Dipindahkan
“Dengan cara kerja penggunaan pupuk Cihurip, petani menjadi jauh lebih efisien dalam biaya produksi namun hasilnya jauh meningkat. Produksi padi bisa lebih baik untuk dua pemenuhan sekaligus, untuk dijual maupun cadangan sendiri,” kata Dhian.
Kepala Balai Benih Padi dan Palawija, Benny Bunyamin menyebutkan, hasil uji coba penggunaan pupuk Cihurip dengan membandingkan dengan pupuk konvensional, dan sebuah produk asal India.
Ditunjukan, bahwa berdasarkan hasil ubinan, pupuk Cihurip secara dapat menghasilkan produktivitas 12 ton gabah kering pungut (GKP)/hektare, pupuk konvensional 8,9 ton/hektare, dan pupuk lain 10,9 ton/hektare.
Baca Juga: Jin Bencong Sering Mengganggu Pria ? Ustadz Abdul Somad Menjelaskan Cara Penyembuhan
Karena itu, kata Benny Bunyamin, khusus di Balai Benih Padi dan Palawija, Bojongpicung Cianjur ini, demplot yang dilakukan akan sepenuhnya mengunakan pupuk Cihurip.
Soal produksi pupuk Cihurip, disebutkan Benny Bunyamin, dilakukan secara usaha kecil menengah (UKM) asli Indonesia dibuat di Cimahi. ***