Lain halnya cabe rawit biasa, disebutkan Muchlis Anwar, adalah cengek yang ukurannya lebih kecil, atau umum disebut cengek biasa. Saat masih muda, cabe rawit biasa berwarna hijau, namun saat sudah matang menjadi berwarna merah.
Di pasaran, katanya, harga cengek biasa relatif stabil. Karena itu, budidaya atau bertani cengek biasa jarang rugi dan relatif tetap untung karena harganya relatif stabil, walau tak setinggi cengek domba jika sedang naik harganya.
Lain halnya cengek domba, menurut Muchlis Anwar, harganya akan menjadi sangat mahal, manakala produksi sedang kurang. Biasanya, budidaya cengek domba memang masih rentan hama dan penyakit, sehingga perawatan tanamannya tergolong intensif.
Mengapa cengek domba harganya tiba-tiba menjadi mahal namun suatu kali menjadi murah, khususnya di Jakarta, Bandung, dan Jawa Tengah, Muchlis Anwar menerangkan, bahwa perdagangan cabe rawit domba sangat dipengaruhi masa produksi dari Jawa Timur.
"Jawa Timur adalah sentra cabe rawit domba. Jika di Jawa Timur sedang musim produksi banyak, biasanya harganya memukul harga panenan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lain halnya jika di Jawa Timur produksi cabe rawit domba sedang kurang, maka harga panen di Jawa Barat dan Jawa Tengah sedang bagus atau mahal," ujarnya. ***