Budidaya Ikan Lele Secara Polikultur, Begini Cara Menghindari Resiko Munculnya Penyakit

- 18 Februari 2021, 16:26 WIB
Warga memberikan pakan ikan lele yang disediakan gratis untuk keluarga yang terpapar COVID-19 di Kampung Tangguh Jaya RW 9, Johar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (30/1/2021). Selain untuk meningkatkan kesadaran warga dalam menjalankan protokol kesehatan guna memutus penularan COVID-19, program Kampung Tangguh Jaya juga bertujuan dalam penanganan bersama pada warga terpapar virus corona, antara lain melalui penyediaan ruang isolasi mandiri, penyediaan logistik gratis, penjualan Sembako murah, serta penyediaan sumber pangan secara mandiri (lele dan sayuran hidroponik) kepada warga terpapar dan terdampak. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga memberikan pakan ikan lele yang disediakan gratis untuk keluarga yang terpapar COVID-19 di Kampung Tangguh Jaya RW 9, Johar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (30/1/2021). Selain untuk meningkatkan kesadaran warga dalam menjalankan protokol kesehatan guna memutus penularan COVID-19, program Kampung Tangguh Jaya juga bertujuan dalam penanganan bersama pada warga terpapar virus corona, antara lain melalui penyediaan ruang isolasi mandiri, penyediaan logistik gratis, penjualan Sembako murah, serta penyediaan sumber pangan secara mandiri (lele dan sayuran hidroponik) kepada warga terpapar dan terdampak. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww. /ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA

DESKJABAR – Budidaya ikan secara polikultur, merupakan salah satu alternatif pemanfaatan lahan kolam agar memberikan nilai tambah.

Salah satu usaha budidaya ikan secara polikultur yang cukup banyak digemari masyarakat, adalah budidaya ikan lele.

Dengan dicampurkan budidayanya dengan ikan lain pada satu kolam, harapannya diperoleh diversifikasi hasil usaha menjadi lebih banyak dibandingkan pengusahaan hanya satu jenis ikan.

Baca Juga: Warga Pangandaran Tidak Semua Merasakan Ada Gempa Bumi

Namun berbagai jenis budidaya ikan juga memiliki kelemahan, dimana usaha budidaya ikan secara polikultur juga rentan penularan serangan penyakit.

Begitu pula budidaya ikan lele secara polikultur, dimana juga beresiko terkena penyakit.

Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamis, 18 Februari 2021, memberikan petunjuk, agar masyarakat yang membudidayakan ikan lele secara polikultur dapat melakukan pencegahan munculnya penyakit terhadap ikan lele.

Baca Juga: Ramadan, Vaksinasi Covid-19 Jalan Terus, Wapres Bilang Disuntik Vaksin tak Membatalkan Puasa

Disebutkan, ada pun ciri-ciri munculnya penyakit ikan lele yang dibudidayakan secara polikultur, adalah :

  1. Terdapat bintik putih
  2. Ikannya tampak sulit bernafas
  3. Berenangnya lemah
  4. Terjadi pendarahan pada ginjal, hati, dan limpa.

Namun, situasi resiko penyakit pada ikan lele yang diusahakan secara polikultur ini, sebenarnya dapat dicegah.

Ada pun caranya, adalah :

  1. Menjaga kualitas air
  2. Penyuntikan dengan Terranicyne 25-30 miligram (3x1 hari)
  3. Perendaman pada ikan menggunakan larutan formalin 25 ml/m3 air dan larutan Oxalete 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam.

 Baca Juga: Resmikan Sentra Kreasi Asistensi Rehabilitasi Sosial, Ini Pesan dan Harapan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin

Sistem bioflok

Sementara itu Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Ikhsan Kamil, menyarankan pola budidaya ikan lele dengan sistem bioflok.

Manfaatnya, dimana sistem pemeliharaan ikan lele dengan metode menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi sebagai pengolah limbah di media pemeliharan budidaya lele itu sendiri.

Juga  dapat membantu proses pencernaan sehingga metabolisme ikan lele dapat berjalan secara optimal.

Untuk menumbuhkan mikroorganisme tersebut dapat dipacu dengan mengkultur bakteri non patogen atau probiotik, serta menggunakan aerator dalam kolam untuk menyuplai oksigen sekaligus sebagai pengaduk air di dalam kolam.

Baca Juga: Jadi Pembicara Pada Forum Time to Act, Anies Baswedan: Jakarta Berhasil Keluar Daftar 10 Kota Paling Macet 

“Budidaya sistem bioflok ini sangat menguntungkan dibandingkan teknologi konvensional, produktivitas bioflok bisa mencapai 5 hingga 6 kali lebih besar,” ujarnya.

Dikatakan, dengan tekni bioflok, dapat menghemat lahan dan hemat air.

Dengan padat tebar benih ikan lele sebanyak 500 ekor/m3 di bak pemeliharan bulat diameter 3 meter, diharapkan produktivitas 260 kg/kolam/siklus, per siklus panen kurang lebih 3 bulan.

Sedangkan Ketua Kelompok Pembudidaya Lele Sistem Bioflok Tani Lele Mutiara, Sukiswo mengakui keuntungan dengan bioflok, mudah perawatanya, bisa menghemat pakan pabrikan hingga 30 persen melalui pengelolaan mikroba yang menguntungkan selama masa pemeliharaan.  ***

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah