Banjir di Utara Jawa Barat Dinyatakan Belum Menimbulkan Banyak Puso

- 8 Februari 2021, 16:39 WIB
Tanaman padi menjelang panen
Tanaman padi menjelang panen /Kodar Solihat/DeskJabar
 
DESKJABAR - Kondisi banjir mengejutkan yang melanda sejumlah sentra padi di utara Jawa Barat, dinyatakan belum mengganggu produksi padi daerah ini.
 
Tingkat kerusakan tanaman padi atau yang gagal panen dinilai pula masih relatif kecil. Sehingga, sejauh ini dikabarkan belum mengakibatkan banyak puso. 
 
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Ajat Sudrajat, yang dikonfimasi DeskJabar, Senin, 8 Februari 2021, mengatakan, keadaan banjir sampai 8 Pebruari 2021 pukul 09.00 luas lahan sawah yang terkena 11.411 ha.
 
Jumlah sawah yang kebanjiran tersebut, dikatakan, termasuk di dalamnya puso seluas 754 hektar yang tersebar di 10 Kabupaten di Jawa Barat.
 
 
"Secara umum belum berpengaruh terhadap target produksi padi sawah. Luas pertanaman padi sawah di Jawa Barat sampai tanggal 31 Januari 2021 seluas 185.323 hektare. Ini berarti hanya 0,41 %  yang terkena puso dari luas pertanaman padi sawah di Jawa Barat," ujar Ajat Sudrajat.
 
Sementara itu di Jakarta, pada hari yang sama, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin mengingatkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terkait potensi tingginya biaya logistik untuk mengangkut dan mendistribusikan hasil panen dari program lumbung pangan atau food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Seperti diketahui proyek food estate yang dicanangkan pemerintah sejak tahun lalu untuk mengantisipasi krisis pangan yang diperingatkan FAO, itu akan digarap di lahan seluas 62.750 hektare. Namun pada tahap awal, pengembangan food estate difokuskan seluas 30.000 hektare pada tahun ini di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas.
 
 
Pasar beras

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Kementan, Sudin mengatakan biaya transportasi untuk mengangkut gabah dari Kalimantan ke Pulau Jawa harus diperhitungkan.

"Misalnya kalau Kalteng produksinya melimpah, sukses 1 hektare 5 ton, berapa juta ton gabah padi mau dibawa. Berapa ongkos angkutnya dari lokasi ke pelabuhan, ke Jawa, karena umumnya pangsa terbesar pangan adalah Pulau Jawa," kata Sudin dalam RDP yang digelar Komisi IV DPR di Jakarta, dilansir Antara, Senin.

Berbeda dengan proyek lumbung pangan di Humbang Hasundutan, produksi hasil panen itu dapat didistribusikan ke kota sekitar, seperti Aceh, Medan, dan Padang, karena lokasi yang lebih dekat.

Menurut Sudin, biaya logistik untuk distribusi gabah dari Kalimantan Tengah tidak boleh lebih dari 25 persen, karena akan membuat harga berasnya menjadi mahal. ***

Baca Juga: ASTAGA! Nekad Bener, di Bandung ada Perempuan Otaki Curanmor : Ini Alasannya Hingga Terjerat Kasus

"Jangan sampai biaya angkutnya memakan harganya lebih dari 25 persen. Kalau bicara 10 persen masih wajar," kata Sudin.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan program food estate menjadi salah satu kegiatan priorirtas Kementan dalam rangka mewujudkan program ketersediaan, akses dan konsumsi pangan berkualitas.

"Peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, serta pangan lokal termasuk mendukung food estate dengan target volume kegiatan untuk produksi padi seluas 2 juta hektare, jagung 1 juta hektare, kedelai 200 ribu hektare, dan pangan lokal 26.100 hektare," kata Mentan Syahrul. ***


 
 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah