KANG DEDI MULYADI, Perjalanan Tokoh Jabar KDM dari Tukang Ketik hingga Pindah Partai Politik

21 Mei 2023, 12:12 WIB
Kang Dedi Mulyadi saat bersama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto /KDM

DESKJABAR – Perjalanan hidup, dan karir politik Kang Dedi Mulyadi (KDM) hingga menjadi seperti saat ini tidak diraih secara instan. Pengalaman dan pengabdian yang panjang membuatnya kini menjadi salah satu pejabat publik yang top di Indonesia.

Belum banyak yang tahu jika perjalanan politik KDM dimulai dari ia menjadi seorang pegawai di DPD Golkar Purwakarta sebagai juru ketik. Ia bertugas membuat konsep pidato sebagai bahan untuk Ketua Golkar Purwakarta saat itu HM Bisri Harjoko.

“Dari dulu saya mengetik langsung tanpa dikonsep. Tidur, mandi di kantor di musala. Makan kadang punya uang, kadang gak punya uang,” ujar Kang Dedi Mulyadi.

Baca Juga: Pemilu 2024, Farhan Sebut Situasi Pasti Panas: Tapi Pemilu Tujuannya harus untuk Kemenangan Seluruh Bangsa

Di usianya yang masih sangat muda dan berstatus mahasiswa, KDM belum bisa terjun langsung sebagai politisi. Terlebih saat itu struktur kepengurusan partai masih ditentukan oleh Abri, Beringin dan Golkar (ABD).

KDM muda pun saat itu hanya mendapat posisi sebagai Anggota Dewan Badan Perencana Kaderisasi Daerah Golkar Purwakarta. Sehari-hari ia bertugas untuk mengetik dan mengantar surat juga membuat pidato

“Hampir setiap hari beres kerja itu jam 3 pagi. Makanya waktu itu sampai sakit di rawat di rumah sakit karena tipes, kecapekan,” ucapnya.

Menginjak reformasi, partai politik dilarang melibatkan tentara dan birokrasi. Akhirnya Golkar Purwakarta mengadakan Musda dan terpilih Kang Dedi sebagai Wakil Sekretaris Golkar Purwakarta.

Karir politik KDM mulai bersinar saat ia mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Purwakarta dari dapil Tegalwaru. Hingga akhirnya ia terpilih tanpa sepeserpun uang dari orang tua hanya bermodalkan bekerja dibantu oleh teman-temannya.

Dalam pemilu itu KDM terpilih dan dilantik sebagai Anggota DPRD Purwakarta termuda. Meski hanya seorang legislatif tapi ia aktif mengurusi rakyat dan getol memberikan gagasan. Salah satunya terkait guru honorer di pelosok desa yang akhirnya kini mereka bisa berstatus ASN.

Baca Juga: Bandara Husein Sastranegara Bandung Pernah Menjadi Tempat Nonton Pesawat

“Saya ngantor ke DPRD jam 5 pagi sudah bikin konsep, bikin pandangan umum anggota, sudah bikin langkah perencanaan, kerja keras, dan dalam posisi sendiri karena ibunya Maula (anak KDM pertama Maula Akbar Mulyadi Putra) meninggal. Kemudian ke kantor DPRD bawa Maula masih kecil umur tiga tahun setiap hari,” ujarnya.

Tak berhenti sampai di situ, karir politik KDM terus menanjak. Ia pun dipercaya untuk menjadi Cawabup Purwakarta dicalonkan oleh Partai Bulan Bintang dan PDIP untuk mendampingi Cabup Lily Hambali.

“Setelah itu saya jadi wabup. Ketika jadi wabup saya kerja keras lagi keliling kampung setiap hari, dikenal oleh warga, bahkan waktu itu lebih dikenal wabup dibanding bupati. Nah kemudian jadilah bupati, periode kedua terpilih lagi jadi bupati. Kemudian sekarang jadi anggota DPR,” beber Kang Dedi.

Dalam setiap perjalanan, Kang Dedi selalu memiliki nilai idealism dan gagasan bahwa sebuah organisasi harus membangun ruang terbuka bagi para kadernya untuk berkompetisi secara sehat. Sebab hanya organisasi memiliki ruang tersebut yang akan bertahan sepanjang masa karena adanya regenerasi.

“Itu selalu jadi ide gagasan yang saya miliki karena sebelum rangkaian kegiatan politik yang saya lalui hari ini semua melalui proses kaderisasi dan semuanya melalui proses kompetisi yang sehat. Saya senang ruang kompetisi secara terbuka karena di situ orang yang memiliki kualifikasi terbaik akan menjadi terdepan, itulah berpolitik,” ujarnya.

 Baca Juga: KODE REDEEM FF 21 Mei 2023, 1 Menit yang Lalu, Cepat Klaim, Jika Hoki Bisa Dapat Elite Pass, GRATIS GARENA

Jauh sebelum terjun ke politik, saat SMA Kang Dedi mengagumi dua sosok yakni BJ Habibie dan Prabowo Subianto. Dua orang hebat itu diyakini bisa membawa Indonesia menjadi lebih hebat dan disegani dunia. Sayangnya saat itu BJ Habibie tak mau mencalonkan diri kembali sebagai presiden karena laporan pertanggungjawabannya ditolak. Sementara Prabowo mengalami permasalahan internal TNI.

Ia meyakini apa yang dialami oleh Prabowo dengan segala macam fitnah yang menyerang adalah tidak benar. Bahkan Prabowo seolah menerima dengan diam seribu bahasa sebagai bentuk kesetiaan pada kesatuan yang harus tetap terjaga integritasnya. Dan tidak semua orang bisa melakoni seperti yang dijalani oleh Prabowo.

Seiring waktu Prabowo masuk ke dunia politik dan mengikuti konvensi di Golkar. Saat itu KDM terkesima dengan jiwa patriotik Prabowo dengan semangat menggaungkan Macan Asia. Ia membayangkan Prabowo memiliki mimpi besar yang sangat luar biasa.

“Tetapi saya katakan satu kali belum waktunya, bukan gagal, dua kali belum waktunya bukan gagal, dan sekarang saya punya mimpi, sekarang waktunya. Karena sekarang waktunya maka saya terpanggil dengan spirit itu untuk mewujudkan mimpi Pak Prabowo memimpin negeri ini dan saya juga ingin dong menjadi orang yang ikut memiliki partisipasi aktif mewujudkan gagasan dan mimpinya tentang Indonesia,” ujar KDM.

 Baca Juga: Usaha Busana Tenun Endek Binaan BNI, Dikenakan Ibu Negara hingga Dunia

Dari spirit itu, kata KDM, ada langkah dan konsekuensi politik yang harus diambil dengan bergabung ke Partai Gerindra. Namun hal tersebut tak sebanding dengan pengorbanan Prabowo untuk kepentingan negara.

“Semua orang punya mimpi dan izinkan saya untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya dan mimpi saya bukan untuk diri saya, tetapi mimpi saya untuk rakyat Indonesia, rakyat Jawa Barat,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.***

Editor: Yedi Supriadi

Tags

Terkini

Terpopuler