Keputusan Belajar dan Mengajar Tatap Muka jangan Berdasar Pada Zona Semata. Ini Alasannya

- 16 November 2020, 08:19 WIB
ilustrasi PJJ
ilustrasi PJJ /galamedia.pikiran-rakyat.com/

DESKJABAR – Sebaiknya keputusan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka pada saat pandemi Covid-19, tidak didasarkan pada zona risiko melalinkan pada kesiapan unsur-unsur yang terlibat dalam proses pendidikan.

Hal itu didasarkan dari serangkaian pengawasan yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 46 sekolah di Nusa Tenggara Barat, Pulau Jawa, dan Bengkulu dalam empat bulan terakhir.

"Ternyata status zona risiko berubah dan terjadilah buka tutup sekolah berkali-kali," ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, Senin, 16 November 2020, seperti dikutip dari RRI.

Baca Juga: Barack Obama Ogah Gabung di Kabinet Joe Biden. Inilah Alasannya

Untuk itu, menurut Retno, kebijakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka sebaiknya mempertimbangkan kesiapan sekolah, guru, orang tua, dan siswa.

"Kalau salah satu tidak siap, maka tunda buka sekolah meskipun zonanya berstatus hijau," kata Retno.

Retno memaparkan, dari rangkaian pengawasan yang dilakukan KPAI, mendapati belum semua sekolah siap beroperasi kembali dan melaksanakan KBM tatap muka.

Karenanya, pemerintah pusat dan daerah diminta fokus mempersiapkan infrastruktur serta prosedur operasional standar dan sosialisasinya.

Baca Juga: UEFA Nations League 2020-2021, Timnas Inggris Gagal ke Semifinal

Kemudian, Dinas Pendidikan (Disdik), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Gugus Tugas Covid-19 daerah dianjurkan bersinergi. Pun mendorong pusat dan daerah mulai mengarahkan politik anggaran ke pendidikan, terlebih menyangkut persiapan infrastruktur guna mencegah klaster baru.

Selanjutnya, ia mendorong tes usap (swab test) bagi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan dengan biaya dari negara, baik APBD maupun APBN, sebelum memulai pembelajaran tatap muka.

"Kalau daerah belum siap, maka tunda dulu," tuturnya.

Di sisi lain, Retno mengakui, nyaris seluruh siswa dan pendidik merasakan kejenuhan akibat pembelajaran jarak jauh atau PJJ dan menginginkan kembali belajar tatap muka. Untuk itu, diusulkan hanya 1/3 siswa yang mengikuti pertemuan langsung.

Baca Juga: Kontroversial Nikita vs Habib Rizieq, Nasir Djamil: Jangan Diladeni, yang Paling Diuntungkan NM

Apabila peserta didik bisa patuh protokol kesehatan, barulah menyelenggarakan simulasi untuk lebih banyak siswa.

"Jangan memulai pembelajaran tatap muka tanpa uji coba terlebih dahulu," tuturnya.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah