Network
DESKJABAR - Selasa, 3 November 2020 EST atau Rabu, 4 November, WIB, rakyat Amerika Serikat mengikuti Pemilihan Presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS 2020. Dua kandidat yang bertarung adalah petahana dari Partai Republik, Donald Trump, dan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Namun, pandemi virus corona yang belum mereda menyebabkan banyak pemilih dalam Pilpres AS 2020, memberikan suara mereka melalui surat. Artinya, butuh waktu lebih lama untuk mengetahui siapa yang akhirnya menjadi Presiden AS.
Berbeda halnya dengan Pilpres AS 2016. Seperti dikabarkan news.sky.com, saat itu, Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang pada hari itu juga segera setelah pemungutan suara ditutup. Ia sudah meraup lebih dari 270 suara Electoral College, jumlah suara minimal yang dia butuhkan.
Baca Juga: Wow! Ada Petaruh untuk Kemenangan Donald Trump. Segini Jumlah Uangnya.
Penghitungan surat suara melalui pos membutuhkan waktu lebih lama. Terutama karena luasnya wilayah AS dan jumlah penduduknya yang besar. Apalagi jika ada gugatan hukum.
Kendati demikian, warga Amerika Serikat sebenarnya tidak memilih secara langsung siapa yang mereka inginkan menjadi presiden dan wakil presiden. Mereka memilih elector, yaitu anggota Electoral College -yang mendukung pilihan calon mereka.
Pemberian suara oleh warga disebut popular vote, sedangkan pemberian suara oleh elector disebut electoral vote. Pada Pilpres AS 2016, Hillary Clinton disebut meraih popular vote. Akan tetapi, ia tetap kalah karena tidak mampu meraih 270 Electoral College.
Penjelasan tentang Electoral College
Setiap negara bagian memiliki jumlah pemilih tergantung pada populasinya. Sebagai contoh, California, yang memiliki populasi hampir 40 juta, memiliki 55 suara di Electoral College. Sedangkan North Dakota yang dihuni sekitar 762 ribu orang, hanya memiliki 3 suara.
