Menurut Manajer Humas PT Pindad, Komarudin, produksi Air Defence System buatan Pindad itu bekerjasama dengan Rheinmetall Air Defence System Jerman.
Gambaran umum, Air Defence System buatan Pindad itu pada juga pengoperasian bagian turret dan senjatanya menggunakan remote control.
Baca Juga: 18 Tank Harimau Pindad Bandung Versi Baru Perkuat TNI Tahun 2023, Ini Perbedaan Tampak
Jarak tembak senjatanya mencapai lebih dari 3.000 meter alias lebih dari 3 km, dan penggunaan peluru kendali mencapai 6.000 meter alias 6 km.
Senjata digunakan adalah kanon revolver Oerlikon caliber 30 mm KCE ABM, dengan rate of fire 1.200 butir peluru/menit untuk tembakan otomatis, serta 200 butir peluru/menit untuk single shots mode, kapasiras peluru 250 butir, dll.
Sedangkan pengoperasiannya, dengan kendaraan lapis baja Badak 6 x 6, berawak 3 orang, dengan kecepatan maksimal 80 km/jam pada jalan tanpa hambatan, dengan tenaga diesel 6 silinder 340 Horse Power.
Baca Juga: SPM-1 Pindad Bandung, Masuk 10 Senjata DMR Andalan Militer Dunia
Perangkat senjata “mengerikan”
Pengamatan DeskJabar, sepintas tampak senjata penembak drone yang dipasang Pindad pada kendaraan lapis baja Badak itu, bentuknya agak mirip dengan Air Defence System buatan Jerman.
Sebab, Air Defence System buatan Jerman itu juga menggunakan perangkat buatan Rheinmetall, dimana semburan tembakannya sangat cepat sehingga peluru kendali dan drone bakal rontok.
Pengamat militer dunia menyebut, senjata perontok peluru kendali dan drone Air Defence System buatan Jerman itu sebagai senjata “mengerikan”.