“Jelangkung jelangsat, di sini ada pesta, pesta kecil-kecilan, Jelangkung jelangsat, datang tidak diundang, Pergi tidak diantar.”
Permainan ini diketahui hidup dan berkembangkan di masyarakat Jawa, Sunda dan Minangkabau.
Namun demikian, diduga bukan permainan asli suku di Indonesia.
Permainan ini diduga merupakan budaya yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa atau China yang dayang ke Indonesia ketika masuk ke Indonesia.
Kemungkinan itu muncul karena di masyarakat tradisional Tionghola, dulu ada kepercayaan atau ritual memanggil kekuatan dewa Cay Lan Gong (Dewa Keranjang) dan Cay Lan Tse (Dewa Pelindung Anak-anak).
Ritual Cay Lan Gong konon telah punah di Tiongkok, namun diduga ritual dan namanya kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Di Indonesia, permainan itu, menjadi Jailangkung, setelah dibawa oleh warga Tionghoa yang masuk ke Indonesia ribuan tahun lalu.
Namun, tentu, walau banyak yang mempercayai bahwa Jailangkung bisa mendatangkan kekuatan supratural, tak sedikit pula yang tidak mempercayainya. ***