Network
DESKJABAR – Film Jailangkung : Sandekala, kini sedang diputar di sejumlah bioskop di Tanar Air.
Disutradarai Kimo Stamboel, Jailangkung : Sandekala diproduksi dengan memanfaatkan publik film Indonesia yang dikenal menyukai film berbau mistis, supranatural dan horor.
Itu dibuktikan dengan tingginya penonton terhadap beberapa film bertema seperti itu seperti KKN di Desa Penari, Pengabdi Setan ( 1 dan 2), Ivanna, dll.
Kecuali film Warkop DKI dan Dilan, memang hanya film bertema mistis, horor dan supranatural yang mampu mencetak rekor penonton terbanyak di Indonesia.
Akankah Jailangkung : Sandekala meraih penonton fantastis?
Tentu belum diketahui, karena filmnya baru tayang empat hari (awal tayang 22 September 2022) – walau hasil sementara sudah diketahui, yakni hingga saat ini baru meraih sebanyak 103.577 penonton saja.
Hanya saja diharapkan, Jailangkung : Sandekala tidak bernasib buruk seperti kunti Mumun.
Berdasarkan catatan, sejak tayang 1 September 2022 hingga saat ini, Mumun, baru berhasil meraih penonton sebanyak 627.695.
Baca Juga: Akankah Jin Korin Ikut Meninggal Jika Manusia Wafat? Begini Penjelasan Ustadz Aam Amirudin
Padahal, sebelumnya Mumun diharapkan bisa membuat gebrakan di bioskop Tanah Air!
Permainan tradisional
Kembali kepada pertanyaan di judul, Jailangkung, benarkah bisa datangkan makhluh halus atau entitas supernatural?
Berdasarkan beberapa literatur, Jailangkung sebagai sebuah permainan tradisional di masyarakat, memang pernah ada, dan mungkin masih ada hingga sekarang, terutama di pedesaan.
Bahkan bukan hanya ada, tetapi bagi masyarakat tertentu, Jailangkung dipercaya bisa mendatangkan (setelah dipanggil) entitas supernatural atau makhlus halus yang bisa memberikan petunjuk tertentu.
Permainan yang bersifat ritual supernatural ini biasanya menggunakan media berupa gayung air yang umumnya terbuat dari tempurung kelapa, kemudian didandani dan bergagang batang kayu.
Dalam permainan, ada mantra, jampi-jampi atau “jangjawokan” yang harus dibacakan untuk memanggil kekuatan supernatural. Jika berhasil, gayung dengan gagang batang kayu itu bergerak sendiri, dan bisa menunjukkan atau menjawab sesuatu.
Mantra tersebut (yang juga digunakan dalam film Jailangkung : Sandekala) biasanya seperti ini:
“Jelangkung jelangsat, di sini ada pesta, pesta kecil-kecilan, Jelangkung jelangsat, datang tidak diundang, Pergi tidak diantar.”
Permainan ini diketahui hidup dan berkembangkan di masyarakat Jawa, Sunda dan Minangkabau.
Namun demikian, diduga bukan permainan asli suku di Indonesia.
Permainan ini diduga merupakan budaya yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa atau China yang dayang ke Indonesia ketika masuk ke Indonesia.
Kemungkinan itu muncul karena di masyarakat tradisional Tionghola, dulu ada kepercayaan atau ritual memanggil kekuatan dewa Cay Lan Gong (Dewa Keranjang) dan Cay Lan Tse (Dewa Pelindung Anak-anak).
Ritual Cay Lan Gong konon telah punah di Tiongkok, namun diduga ritual dan namanya kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Di Indonesia, permainan itu, menjadi Jailangkung, setelah dibawa oleh warga Tionghoa yang masuk ke Indonesia ribuan tahun lalu.
Namun, tentu, walau banyak yang mempercayai bahwa Jailangkung bisa mendatangkan kekuatan supratural, tak sedikit pula yang tidak mempercayainya. ***
