DESKJABAR – Fenomena keberadaan dukun, seringkali identik dengan urusan dunia gaib.
Ustadz Muhammad Faizar menerangkan soal dukun antara masa sekarang dan zaman dahulu, disampaikan pada suatu ceramah di Bogor.
Dikatakan Ustadz Muhammad Faizar, ada perbedaan pada zaman dahulu dan zaman sekarang soal dukun, yang kadang-kadang tidak bisa sinkron.
Baca Juga: KASUS SUBANG, Soal Rumah TKP, Yosep : Jangan Takut, Anak dan Istri Saya Orang Sholehah
Menurut dia, bahwa istilah dukun, pada arti awalnya pada zaman dahulu adalah seseorang yang ahli pada suatu bidang.
Ustadz Muhammad Faizar menerangkan, karena kita mengikuti perkembangan zaman, pada masa kini, pengertian dukun memang cenderung kepada profesi penyihir.
Tetapi, kata dia, bahwa sebenarnya sebutan dukun pada masa kini pun, untuk keahlian tertentu tidak bisa dipukulrata sebagai penyihir.
Baca Juga: Buya Yahya Bocorkan Cara Kerja DUKUN, Benarkah Bisa Tahu Hal Gaib dan Apa yang Akan Terjadi
Sebab, kata Ustadz Muhammad Faizar, ada pula sebagian yang lebih kepada keahlian dan bukan penyihir, misalnya dukun beranak, dukun pijat, dukun bayi, dan dukun pengantin.
Menurut Ustadz Muhammad Faizar, bahwa dukun pijat, dukun bayi, dan dukun pengantin, tidak ada yang masuk kedalam persatuan dukun.
“Nah, yang masuk ke dalam persatuan dukun itu isinya adalah yang mengaku punya ilmu gaib,” terang Ustadz Muhammad Faizar, diunggah melalui YouTube Muhammad Faizar Official pada 21 Agustus 2022.
Baca Juga: Pesulap Merah Dilaporkan oleh Persatuan Dukun Indonesia ke Polisi, Para Dukun Merasa Disudutkan
Ustadz Muhammad Faizar mengatakan itu ketika memberikan penerangan adanya sejumlah istilah pada zaman dahulu yang sudah berubah pada zaman sekarang, pada suatu ceramah kajian di Masjid Al Madinah, Parung, Bogor,
Hanya saja, kata Ustadz Muhammad Faizar, ada yang mengaku ustadz atau ahli agama, tetapi bangga pula mengaku sebagai dukun.
“Dengan istilah kufur, yang bersangkutan bangga. Ini patut dipertanyakan pemahaman agamanya,” ujar Ustadz Muhammad Faizar.
Disebutkan, istilah-istilah zaman dahulu dimana sekarang sudah berganti pengertian, jumlahnya banyak.
Ustadz Muhammad Faizar mencontohkan, misalnya kata “sontoloyo” dimana sekarang dikenal sebagai salah satu umpatan.
Namun, katanya, aslinya kata sontoloyo berasal dari Jawa Tengah, yaitu sebutan kepada orang-orang gembala bebek.
Baca Juga: Cara dan Adab-adab Berdoa Agar Hajat Terkabul, Salah Satunya Panjatkan Doa di Jam Ini
Karena bebek-bebek tersebut suka menyosor tanaman-tanaman orang lain, sering diumpat sebagai “sontoloyo”.
Contoh kata lainnya, adalah “bajingan”, dimana menurut Ustadz Muhammad Faizar, kata itu aslinya berasal dari Banyumas, Jawa Tengah.
Padahal, katanya, bajingan itu aslinya adalah sebutan kepada kusir delman yang ditarik tenaga hewan sapi. Tetapi pada masa kini, tidak mungkin masih menyebut kusir seperti itu dengan bajingan, karena pasti berakibat keributan.
Dengan demikian, kata Ustadz Muhammad Faizar, tidak bisa dipakai makna zaman dahulu dengan sekarang, misalnya soal dukun.
Bahkan, katanya, dalam bahasa Arab, dukun itu disebut “kahin”. Pengertiannya, adalah orang-orang yang mengabarkan fenomena di masa depan maupun sejumlah rahasia angka.
Selain itu, katanya, kahin juga adalah orang yang mengabarkan perkara tersembunyi. Namun sebagian tepat, namun sebagian lagi kebanyakannya salah.
Baca Juga: KASUS SUBANG, Ada Dukun Sudah Mengetahui Siapa Pelaku, Segera Melakukan Sesuatu
Disebutkan Ustadz Muhammad Faizar, bahwa kahin sering mengaku informasi diperolehnya adalah lewat makhluk jin.
Karena itu, perdukunan terbagi beberapa macam, misalnya “orang pintar”, tukang ramal (menggunakan pasir), ahli nujum (melalui perbintangan), dan orang meramalkan kejadian di masa depan (menggunakan bintang-bintang tertentu), menggunakan batu kerikil, dan yang mengaku memperoleh teman dari bangsa jin, mengetahui pelaku pencurian secara gaib, dsb.
“Mereka umumnya meminta tolong kepada para setan,” terang Ustadz Muhammad Faizar. ***