Waktu dan Makna Qurban: Khutbah Hari Raya Idul Adha 2022, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc

- 11 Juli 2022, 08:17 WIB
Kita harus menyisihkan sebagian harta untuk digunakan dalam mendekatkan diri kepadaNya
Kita harus menyisihkan sebagian harta untuk digunakan dalam mendekatkan diri kepadaNya /FREEPIK.com/YusufSangdes/

 

DESKJABAR - Terkadang Idul Adha disebut pula sebagai Idul Qurban. Karena identik dengan penyembelihan hewan kurban.

Diketahui, penyembelihan hewan kurban pada hari Raya Idul Adha ada waktunya. Adapun waktu penyembelihan qurban adalah pada 10 bulan Dzulhijjah setelah sholat Id dan tiga hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13.

Dengan begitu penyembelihan hewan kurban terikat oleh waktu. Selain terikat dengan waktu kurban juga memiliki makna ketauhidan yang dalam.

Baca Juga: KASUS SUBANG Luar Biasa DEDI Mengaku INI, Kalau Benar Petunjuk, Segera Tangkap

Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc dalam Khutbah Idul Adha 2022 menjelaskan terkait makna kurban yang selalu dilakukan pada Hari Raya Idul Adha dan tiga hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13.

Khutbah Idul Adha 2022 tersebut disampaikan Jamaluddin di Masjid Al-Markaz Al-Islami Jend M Jusuf, Jl Masjid Raya, Makassar, Ahad, 10 Juli 2022.

Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu dalam Khutbah Idul Adha 2022 menyampaikan bahwa berkurban mengandung makna ketauhidan yang dalam yaitu ‘mendekatkan diri terhadap Allah’.

Baca Juga: Inilah Grup Band dan Penyanyi Era 80-an Luar Negeri yang Masih Terkenal hingga Saat Ini, Siapa Sajakah?

Jamaluddin mengatakan, ibadah qurban yang selalu dilakukan pada 10 DZulhijjah setelah sholat Id dan tiga hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 bukan sebatas mengenang ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail saja. Tapi harus bisa mendekatkan diri kepada Allah.

Pelaksanaan ibadah qurban bukan hanya sebatas mengenang dan ketaatan serta keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

“Tidak hanya sebatas mengenang kronologi peristiwa sejarah tersebut, tetapi lebih dari itu, berqurban berarti mendekatkan diri kepada Allah,”ujarnya sebagaimana dikutip DeskJabar.com dari https://mui.or.id

Baca Juga: Kamu tidak Lolos Seleksi Gelombang 35 Karu Prakerja, Inilah Tips Lolos Kartu Prakerja Gelombang Berikutnya!

Dia mengatakan, kerelaan Nabi Ismail dan keikhlasan Nabi Ibrahim adalah bentuk pendekatan dan kepasrahan kepada Allah Swt.

“Pada akhirnya Allah memberikan tuntunan dan keberkahan dengan menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba untuk dijadikan hewan Qurban,”ujarnya.

Demikian Allah menguji ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk mengikhlaskan sesuatu yang sangat disayanginya sebagai bentuk pendekatan diri terhadap Allah.

Jamaluddin mengatakan, ujian kesabaran dan keikhlasan bisa saja menimpa kita hari ini, yaitu sejauh mana keikhlasan kita untuk menyisihkan sebagian nikmat harta yang diamanahkan Allah untuk digunakan dalam mendekatkan diri kepada-Nya.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. al Kautsar: 1-3:

“Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”

Sehubungan dengan perintah untuk berkurban tersebut, maka Rasulullah Saw setiap tahun selalu menyembelih hewan kurban dan tidak pernah meninggalkannya.

Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah dan megah, apalagi mobil yang mewah.

Bahkan tempat tidur Nabi Muhammad Saw hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma.

Akibatnya, orang Islam yang telah mempunyai kemampuan untuk berkurban tapi tidak mau melaksanakannya pernah diperingatkan oleh Rasulullah Saw, sebagaimana disabdakan dalam hadits yang artinya:

“Barang siapa mampu berqurban, tetapi dia tidak mau berqurban karena kikir, orang semacam itu jangan mendekati tempat sholatku,”diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: mui.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x