Menghitung Mundur Puasa Ramadhan 2022, Sahnya Puasa Tergantung Syarat Ini Kata Ustadz Adi Hidayat

- 31 Maret 2022, 13:31 WIB
 Ustadz Adi Hidayat- Menghitung mundur puasa Ramadhan 2022, maksimal 2 hari lagi.
Ustadz Adi Hidayat- Menghitung mundur puasa Ramadhan 2022, maksimal 2 hari lagi. /YouTube Adi Hidayat Official/

 

 

DESKJABAR - Menghitung mundur puasa Ramadhan tak lebih dari 2 hari lagi.

Sudahkah kita siap menyambut bulan penuh pahala ini? Tentu dengan pembiasaan amalan sholeh di bulan Sya'ban.

Ramadhan memang bulan yang ditunggu-tunggu, karena amalan apapun di bulan tersebut akan mendapat pahala berlipat - lipat.

Baca Juga: Doa Terkabul, Permohoan Hajat Tercapai, Begini Cara Allah Mengijabahnya, Kata Abdul Somad

Menurut Ustadz Adi Hidayat ada 3 ketentuan pokok yang menyulam syarat puasa itu wajib dan benar.

Ceramah Ustadz Adi Hidayat itu diunggah oleh kanal YouTube Adi Hidayat Official berjudul "Sahnya Puasa Ramadhan Tergantung Syarat Berikut !! - Ustadz Adi Hidayat", yang dirilis satu bulan lalu.

Pertama, katanya, syarat wajib puasa.

"Syarat wajib adalah aneka ketentuan yang seorang muslim dikenai kewajiban ibadah shaum. Jika tidak terpenuhi ketentuan ini maka belum berlaku kewajiban puasa untuk dirinya," kata Ustadz Adi Hidayat.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Beri Penjelasan Emas yang Dilarang Digunakan Saat Sholat, Begini yang Haram

1. Syarat pertama itu adalah al bulugh atau baligh.

Artinya, pada usia baligh batas yang menjadikan seorang muslim dapat ujian yang dikenal dengan takdir, berlaku hisab, berlaku timbangan (amal) karena ada kematangan nalar dalam dirinya. Tandanya, jika perempuan tiba masa haidnya, atau laki-laki mimpi basah.

2. Syarat kedua adalah qudrah, adanya kemampuan. Jika seorang telah sampai usia baligh dipastikan harus ada kemampuan menunaikan ibadah puasa.

Menurut Ustadz Adi Hidayat, ini merupakan bentuk kasih Allah sekaligus menunjukkan kemudahan syariat Islam.

"Islam datang bukan bawa beban, tapi memberikan pendampingan yang membawa manusia pada posisi terhormat bermaslahat, dan membuka pintu gerbang kesuksesan. Karena itulah pintu syarat pun datang memberi bimbingan sesuai kadar kemampuan hamba," ujarnya.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Beri Penjelasan Ciri Sholat yang 100 Persen Diterima Allah, Ini Pengaruh di Hidupnya

Artinya, ada kemudahan di sini. Kalaupun baligh dan mampu, namun misalnya secara medis dipastikan ada kesulitaan karena sakit tertentu yang diduga parah jika puasa, maka Al Qur'an memberikan solusi mengganti ibadah di waktu lain.

Jadi kewajiban pun gugur sementara waktu. Pada 11 bulan berikutnya ada waktu untuk pemulihan dirinya juga.

Kemudahan lainnya, jika waktu tak stabil, misalnya perjalanan ke luar negeri yang berbeda waktu, diperbolehkan berbuka.

Dalam qudrah ada satu lagi yang spesifik, kalau seseorang tak mampu sama sekali, misalnya orang koma. Boleh fidyah, memberi makan seorang miskin.

"Bisa lebih dari seorang, sesuai kemampuan saja, itu untuk memperlihatkan kesungguhan," katanya lagi.

Baca Juga: UPDATE! KODE REDEEM 31 Maret 2022, Kode Redeem FF 1 Menit yang Lalu GRATIS Wasteland Vault

Kedua, Selain syarat wajib ada syarat sah menunaikan shaum.

1. Dianggap benar secara syariat, maka sah. Jika tidak mengikuti rangkaian aturan, itu tidak sah.

2. Telah tiba masuknya waktu shiam/ puasa, rentang fajar hingga maghrib.

3. Niat ini yang menjadikan satu perbuatan dinilai sebagai ibadah.

"Seseorang terlihat puasa tapi hanya untuk latah misalnya, sholat untuk riya, puasa jadi bermasalah. Niat itu penting menjadikan ibadah punya nilai di mata Allah," katanya.

Niat juga membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya.

Agama, kata Ustadz Adi Hidayat, begitu detail, kadang perilaku seseorang tak sama dengan hatinya. Sehingga saking detailnya, harus dipastikan terhubung antara hati, fisik, dan pikiran juga perilaku.

Baca Juga: Bocoran Hasil Otopsi Kedua dari Sekretaris Menteri Kehakiman Thailand, TANGMO Dipukul dan Dicekik?

"Yang penting digarisbawahi, jangan sampai tidak berniat. Niat boleh dalam hati atau dilafadzkan," jelasnya.

Ketiga gabungan syarat wajib dan sah secara bersamaan. Ibadah itu wajib ditunaikan dan benar ditunaikan.

Wajib dan sah bergantung pada:

1. Sehat akal. Jika dia tidak sadar pena untuk menulis di buku amalan diangkat, hingga dia sadar kembali.

2. Tidak dalam keadaan masih haid dan nifas. Jika masih tidak wajib dan tidak sah puasa. Harus qadha di lain hari. ***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Youtube Adi Hidayat Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah