Akademisi Unsoed: Cegah Longsor Diperlukan Inovasi, Ini Sarannya

- 1 Februari 2021, 07:16 WIB
ILustrasi - Petugas mencari korban longsor di Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
ILustrasi - Petugas mencari korban longsor di Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. /ANTARA/HO-Basarnas/

DESKJABAR – Terkait upaya mitigasi longsor, diperlukan inovasi guna mengurangi dampak risiko bencana. Demikian akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati.

"Perlu ada inovasi, misalkan sekarang ini sudah dimulai pengembangan tanaman kopi di bagian hulu," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu, 31 Januari 2021.

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut menambahkan tanaman kopi memiliki fungsi konservasi lahan dalam rangka mencegah longsor. Selain itu, tanaman kopi juga memiliki nilai jual dan bisa menghasilkan bagi petani.

"Karena itu, upaya mitigasi dengan melakukan konservasi lahan dengan tanaman kopi perlu dikembangkan, karena selain memiliki fungsi konservasi juga bisa menghasilkan bagi para petani di sekitar," katanya.

Baca Juga: Misi Mulia Pemerintah Kirim Tim Evakuasi 245 WNI Di Provinsi Hubei China Tanggal 1 Februari 2020

Baca Juga: Duh! Gara-Gara Sinetron Ikatan Cinta, Emak-Emak Nekat akan Lapor Polisi

Baca Juga: Akibat Kurang Kemampuan Bahasa Inggris, Jurgen Kloop Terlibat Perdebatan dengan James Milner

Dia kembali mengingatkan bahwa menanam pohon berakar kuat bisa menjadi salah satu upaya mencegah longsor karena berfungsi untuk mengikat partikel tanah.

Selain menanam pohon, kata dia, upaya mencegah longsor perlu juga diperkuat dengan mitigasi struktural seperti talud atau bronjong. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan upaya mitigasi bencana tanah longsor.

"Sosialisasi perlu agar masyarakat mengetahui akan pentingnya menanam pohon berakar kuat.kami juga mengimbau agar masyarakat tidak menanam sayur dan padi di lahan yang miring atau rawan longsor. Saran kami hanya untuk lahan yang datar saja yang boleh menanam padi dan sayur," katanya.

Dia mengatakan bahwa upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana perlu didukung oleh pengelolaan tata ruang wilayah.

Secara garis besar terdapat dua penyebab utama bencana alam, baik bencana geologi maupun hidrometeorologi. "Dari beberapa kejadian bencana di Tanah Air, didapatkan beberapa kesimpulan sederhana mengenai penyebab kejadian bencana, yaitu karena kondisi alam dan pengelolaan yang kurang tepat dari pengembangan wilayah," katanya.

Dua hal tersebut, menurut dia, selalu mengiringi terjadinya bencana geologi maupun geomorfologi di Tanah Air.

"Ada dua hal yang dapat meminimalkan risiko bencana, yaitu di daerah tersebut secara alamiah tidak berpotensi tinggi terhadap bencana dan yang kedua adalah memastikan telah dilakuka pengelolaan yang tepat terkait pengembangan wilayah dengan memperhatikan faktor bencana di dalamnya," katanya.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah