BOSSCHA Lembang Terancam Polusi, Observatorium Timau NTT pun Telah Disiapkan, Terbesar di Asia Tenggara

5 Juli 2023, 06:56 WIB
Observatorium Bosscha sudah terancam polusi cahaya sejak lama. Observatorium Timau NTT pun sudah disiapkan, dan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. /marjayatrans.com/

 

DESKJABAR – Saat ini Indonesia tengah membangun sebuah observatorium untuk penelitian astronomi yang dinamankan Observatorium Timau di Nusa Tenggara Timur (NTT). Observatiroum nasional ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Pembangunan Obervatorium Timau NTT ini ternyata untuk menggantikan peran Observatorium Bosscha Lembang, yang saat ini posisinya sudah terancam polusi cahaya.

Baca Juga: SELAIN Tol Getaci, Ada 8 Jalan Tol Baru di Sekitaran Bandung Hingga 2034, Ada Akses ke Destinasi Wisata

Terancamnya keberadaan Observatorium Bosscha di Lembang tersebut diungkap Prof.Dr.Thomas Djamaluddin, M.Sc, dalam orasi ilmiahnya pada Peringatan 103 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia, pada Senin 3 Juli 2023 di Kampus ITB.

Guru Besar dari dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu menyampaikan orasi berjudul “Seabad Observatorium Bosscha dan Menyongsong Astronomi Indonesia Ke Masa Depan”.

Menurut mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tersebut,tantangan terbesar bagi observatorium optik adalah ancaman polusi cahaya dari perkembangan kota di sekitarnya. Sedangkan untuk observatorium radio tantangannya adalah ancaman penggunaan frekuensi radio.

Thomas memaparkan, tantangan tersebut sudah dialami Observatorium Bosscha Lembang akibat polusi cahaya di daerah Bandung. Itu sebabnya, pada tahun 2000-an, para astronom dan periset dari ITB khususnya dari prodi Astronomi, melakukan pencarian lokasi baru untuk pembangunan observatorium.

Menurut penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa daerah Nusa Tenggara Timur adalah wilayah terbaik untuk lokasi observatorium, tepatnya di Gunung Timau, Kabupaten Kupang.

Teleskop di Observatorium Timau NTT ini nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengamatan planet-planet di luar tata surya (eksoplanet) dan objek redup lainnya seperti asteroid, satelit, dan komet dengan kualitas yang lebih baik.

Peran Penting Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha yang diresmikan pada tahun 1923, saat ini telah menjelma menjadi fasilitas penting yang telah memberikan peran penting dalam pengembangan astronomi di Indonesia.

Baca Juga: JARINGAN Tol Jabar Selatan dalam Perencanaan Kementerian PUPR, Wisata ke Pangandaran tak Hanya Via Tol Getaci

Peran Observatorium Bosscha sebagai fasilitas penelitian dan pendidikan membuatnya banyak dikunjungi oleh kalangan akademisi seperti mahasiswa dan peneliti dari institusi lain.

Sejak tahun 2017, Observatorium Bosscha memiliki sebuah faculty house yang dulu diperuntukan sebagai rumah dinas direktur observatorium. Fasilitas yang dinamai Wisma Kerkhoven ini kini banyak digunakan untuk keperluan pertemuan seperti kolokium, workshop, atau rapat internal.

Bosscha menjadi tempat penelitian dan pengamatan bagi para astronom dan peneliti dari berbagai negara, termasuk Belanda, Jerman, dan Indonesia. Pada tahun 1950-an, Bosscha juga menjadi tempat pengembangan ilmu astronomi di Indonesia melalui program pendidikan dan pelatihan bagi para astronom muda Indonesia.

Mengutip dari laman itb.ac.id, dalam orasi ilmiahnya, Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa ada tiga faktor utama terwujudnya observatorium di Jawa.

Pertama, karena alasan scientific yakni perlunya observatorium di belahan bumi selatan. Kedua, adanya dorongan dari astronom Dr. J.G.E. Voute yang tertarik dengan pengamatan bintang ganda. Ketiga, adanya dukungan yang kuat dari Bosscha.

Dengan dukungan berbagai pihak terkait, akhirnya observatorium pertama di Jawa bisa diwujudkan yakni Observatorium Bosscha dengan Voute sebagai direktur pertama.

Observatorium Bosscha dilengkapi 3 teleskop besar yakni Teleskop Zeiss, Teleskop Bamberg, dan Teleskop Schmidt “Bimasakti”.

Selain teleskop besar, terdapat juga beberapa teleskop kecil yang digunakan untuk riset dan pendidikan. Untuk pengembangan riset dan pendidikan multi panjang gelombang, dikembangkan teleskop radio kecil.

Thomas memaparkan perannya Bosscha, salah satunya pada tahun 1997, Jasinta membuat basis data bintang ganda visual yang diamati selama 70 tahun sejak 1924. Basis data tersebut mengkompilasi sekitar 10.000 data dari 600 pasang bintang ganda.

Baca Juga: Bupati Ciamis Herdiat Sunarya Minta ASN Menjaga Netralitas dan Kondusifitas Jelang Pemilu 2024

Sekitar 60 pasang di antaranya memiliki orbit yang telah lengkap digambarkan. Lebih dari 20 publikasi dijadikan rujukan dalam penyusunan basis data tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Observatorium Bosscha dalam riset bintang ganda khususnya di langit selatan.

Observatorium Timau NTT diharapkan rampung dan diresmikan tahun 2023

Observatorium Timau NTT, Terbesar di Asia Tenggara

Thomas Djamaluddin memaparkan bahwa tantangan terbesar bagi observatorium optik adalah ancaman polusi cahaya dari perkembangan kota di sekitarnya. Sedangkan untuk observatorium radio tantangannya adalah ancaman penggunaan frekuensi radio.

Ancaman tersebut sudah dialami Observatorium Bosscha akibat polusi cahaya di daerah Bandung. Itu sebabnya, pada tahun 2000-an, para astronom dan periset dari ITB khususnya dari prodi Astronomi melakukan pencarian lokasi baru untuk pembangunan observatorium.

Menurut penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa daerah Nusa Tenggara Timur adalah wilayah terbaik untuk lokasi observatorium, tepatnya di Gunung Timau, Kabupaten Kupang.

Akhirnya, dengan kerja keras dan kerja sama antar pihak terkait, pembangunan Observatorium Nasional mendapat alokasi anggaran dan program pembangunan dimulai tahun 2019. Tetapi karena kendala pandemi Covid, maka pembangunannya tertunda.

Baca Juga: Pembagian Grup Kejuaraan Badminton Junior Asia 2023, Indonesia di Grup A Bersama Tim Tangguh

Observatorium Nasional ini diharapkan dapat bertahan minimal 50 tahun seperti Observatorium Bosscha. Untuk itu, digagas Taman Nasional Langit Gelap, suatu konsep wisata khas yang memanfaatkan keindahan langit malam bertabur bintang.

Thomas menjelaskan, Observatorium Timau NTT direncanakan akan memiliki teleskop 3,8 meter yang masih dalam proses pembangunan. Teleskop yang akan diberi nama Teleskop Timau ini akan menjadi teleskop terbesar di Asia Tenggara.

Teleskop Timau diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengamatan planet-planet di luar tata surya (eksoplanet) dan objek redup lainnya seperti asteroid, satelit, dan komet dengan kualitas yang lebih baik.

Untuk keperluan fotometri, telah disiapkan dua jenis kamera, yaitu tri optika dan nirka. Selain teleskop besar, Observatorium Nasional Timau juga dilengkapi dengan beberapa teleskop kecil untuk pengamatan matahari, objek tata surya dan antariksa.

Prof. Thomas juga menunjukkan gambar Kompleks Observatorium Nasional Timau yang masih dalam tahap pembangunan. “Diharapkan tahun 2023 ini, setelah teleskop terpasang, Observatorium Nasional ini bisa diresmikan,” harapnya.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber itb.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler