10 Kesalahan Pola Asuh Dari Orang Tua Yang Dapat Menimbulkan Dampak Buruk Perkembangan Anak

11 Oktober 2022, 06:51 WIB
10 kesalahan pola asuh orang tua terhadap anak. / pixabay /

DESKJABAR – Sebagai orang tua pola asuh terhadap anak sering kali diterapkan tanpa memperhitungkan dan mempertimbangkan dampak baik dan buruknya untuk anak.

Orang tua menginginkan anak menjadi sesuatu sesuai harapan orang tua namun tidak melihat sejauh mana anak dapat menerima pola asuh yang dibuat oleh orang tua.

Pola asuh orang tua tanpa adanya pemahaman dapat menghasilkan dampak yang buruk untuk perkembangan anak dalam hal apapun.

Baca Juga: Liga Inggris : FA Akan Menyelidiki Insiden Di lapangan, pertandingan Liverpool vs Arsenal

Baca Juga: TERBARU Waspadai Angin Kencang yang Disertai Cuaca Buruk, BMKG Keluarkan Maklumat Curah Hujan di Jabar

Berikut ini 10 kesalahan pola asuh yang sering dilakukan orang tua terhadap anaknya tanpa melihat resiko yang didapat setelahnya.

1. Terlalu banyak aturan

Seringkali orang tua memberikan begitu banyak aturan terhadap anak-anaknya walau dengan tujuan yang baik missal agar anak menjadi disiplin, agar si anak memiliki sopan santun dan kebaikan lainnya.

Tapi perlu diketahui bahwa jangan sampai aturan-aturan tersebut justru menghalangi anak untuk bisa bereksplorasi, berpendapat, dan juga jangan sampai si anak justru merasa bahwa aturan tersebut dibuat untuk menyengsarakannya.

Jika aturan yang dibuat membuat anggapan berbeda pada si anak maka aturan tersebut akan menjadi sia-sia.

Adakalanya anak juga memiliki kesempatan untuk mengatur tentang dirinya sendiri agar ia tahu bahwa dirinya memiliki tanggung jawab atas dirinya.

2. Terlalu sedikit aturan

Kebalikan dari kebanyakan aturan, terlalu sedikit aturan yang diterapkan orangtua akan membentuk anak tersebut menjadi merasa dirinya bebas melakukan banyak hal tanpa tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Ketika harus berinteraksi di lingkungan sosial dengan aturan yang tidak didapatkan maka akan merugikan dirinya sendiri.

Baca Juga: Mengungkap Fenomena Praktik Pesugihan di Bank Ghaib Tim KTJ, Begini Nasihat Om Ha

Baca Juga: Tempat Wisata di Tasikmalaya yang Lagi Hits, Kunjungan Terbaru dan Keren, Kulinernya Sayang Kalau Dilewatkan

3. Memanjakan anak

Memanjakan anak dalam arti mengerjakan untuk anak segala sesuatu yang menjadi kewajiban anak tersebut.

Misalnya saja ketika orangtua mengerjakan tugas sekolah anaknya.

Memberikan segala yang anak inginkan tanpa ada effort anak terlebih dulu sehingga anak akan terbentuk menjadi anak yang egois dan keras kepala.

Akan lebih bijak jika orangtua memberikan yang anak inginkan setelah anak tersebut melakukan sesuatu yang berguna seperti menabung, mendapat nilai bagus atau istilahnya anak tersebut mendapatkan reward.

4. Meremehkan pikiran anak

Seringkali tanpa disadari orang tua meremehkan kemampuan anak dalam berfikir dan suka mematahkan pendapat si anak tanpa mau mendengarkan sampai selesai.

Ada masa dimana anak sudah memiliki pemikiran dan pendapatnya sendiri yang harus didengar, dihargai dan diterima orang tua.

5. Membandingkan anak dengan orang lain

Membandingkan anak dengan kelebihan yang dimiliki orang lain diluar dirinya adalah suatu cara yang salah walaupun tujuannya baik.

Apalagi jika membandingkan anak dengan diri kita sendiri sebagai orangtua.

Hal tersebut akan menjadikan anak selalu merasa dirinya tidak pernah cukup dan merasa kurang juga tidak merasa dihargai.

Setiap anak berbeda karena mereka memiliki area favoritnya masing-masing, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan prestasi yang berbeda dengan orang lain.

Baca Juga: Jadwal Sholat Majalengka Hari Ini Selasa 11 Oktober 2022, Ini Waktunya

6. Menyerahkan pengasuhan ke orang lain

Seringkali kalimat “tidak enak karena sudah menitipkan anak” membuat kendali orangtua menurun terhadap anak.

Perlu dipahami bahwa pada suatu kondisi orangtua harus menitipkan anak dengan pihak ketiga seperti menitipkan ke pengasuh atau ke nenek dan kakeknya

Jika memang hal tersebut harus dilakukan maka harus disepakati terlebih dahulu bahwa rules dan kendali si anak tetap ada pada orangtuanya.

Contoh jika si anak dititipkan kepada nenek kakeknya, terlebih dulu nenek atau kakeknya bertanya dengan orang tua si anak boleh atau tidak anak tersebut memakan atau membeli sesuatu.

Jadi walaupun anak tersebut jauh dari orangtuanya namun aturan orang tua tetap bisa berjalan.

7. Mematikan emosi anak

Dalam hal mematikan emosi anak misalkan jika si anak sedang menangis lalu orang tua berkata “jangan nangis” adalah suatu sikap yang tidak tepat karena anak juga memiliki hak untuk meluapkan dan mengekspresikan emosinya sendiri.

Mengekspresikan emosi bukan merupakan tanda bahwa anak tersebut lemah, karena tidak hanya anak-anak, sebagai orang dewasa pun kita harus diberi ruang dan waktu untuk meluapkan dan menyelesaikan emosi kita agar tidak mengganjal dalam hati.

Mematikan emosi anak hanya akan membuatnya menjadi anak yang tertutup dan menempatkan beban emosinya di dalam dirinya dan ia tidak akan tahu bagaimana nanti akan mengontrolnya.

8. Terlalu banyak motivasi eksternal

Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.

Motivasi internal akan menumbuhkan aktualisasi dan kepercayaan diri pada diri si anak namun masih berproses sehingga juga membutuhkan motivasi eksternal seperti jika anak mau belajar akan mendapat barang yang ia inginkan.

Kesalahan orangtua adalah terlalu asik dan memprioritaskan motivasi eksternal sehingga membuat anak lebih mementingkan value hadiah tersebut daripada apa yang ia rasakan didalam dirinya.

Jadi ada baiknya kedua motivasi tersebut harus tetap seimbang agar tumbuh rasa puas pada dirinya dan melupakan value dari sebuah barang.

Baca Juga: HUT Ke-2 DeskJabar.com, Direktur : Terus Berkembang Kuncinya Kebersamaan

9. Memberikan contoh buruk tanpa disadari

Tanpa disadari perlakuan buruk orangtua terhadap anak atau orang lain misalnya tidak berempati, tidak bisa menjadi pendengar dan lain sebagainya akan ditiru oleh anak dan berbalik ke orangtua itu sendiri yang suatu saat akan dikeluhkan oleh orang tua itu sendiri.

10. Menegur anak di depan orang lain

Menegur anak di depan orang, di depan kawan-kawannya atau di media sosial adalah sebuah kesalahan yang dilakukan orang tua.

Padahal sebenarnya kesalahan anak tidak perlu menjadi konsumsi orang banyak.

Cara terbaik menegur anak adalah eye to eye antara orang tua terhadap anak tanpa harus dilakukan di depan umum apalagi di depan kawan-kawannya yang hanya akan membuat si anak menjadi malu dan rendah diri.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Pikiran Rakyat YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler