Kisah Khalid bin Walid Bagian 3: Pertempuran Mu’tah yang Tidak Seimbang, 3000 Muslimin VS 200 Ribu Romawi

9 Februari 2022, 21:16 WIB
Kisah Khalid bin Walid dalam perang Mu’tah / Tangkapan layar YouTube Yufid.TV /

 

 

DESKJABAR – Pada tahun ke 8 Hijriah, terjadi pertempuran maha dahsyat antara pasukan kaum muslimin melawan pasukan Romawi. Peperangan tersebut dikenal dengan sebutan perang Mu’tah dimana untuk pertama kalinya Khalid bin Walid ikut serta dalam pasukan kaum muslimin.

Perang Mu’tah termasuk perang Syariyah, dimana pada peperangan tersebut Rasulullah SAW tidak mengikutinya. Kala itu Rasulullah mengutus 3000 sahabat termasuk Khalid bin Walid untuk berangkat ke Syam.

Dilansir DeskJabar.com dari channel YouTube Yufid.TV – Pengajian & Ceramah Islam dengan judul ‘Final: Kisah Khalid bin Walid Subtitle Indonesia (Episode 3) – Motion Graphic Sejarah Islam’.

Baca Juga: Kisah Khalid bin Walid Bagian 1: Muslimin Kalah di Perang Uhud Bukan Hanya Karena lalai dari Perintah Rasul

Ada yang berbeda dalam perang Mu’tah ini, jika biasanya Rasulullah SAW mengirim satu panglima dalam setiap pasukan, kali ini Rasulullah SAW langsung mengutus 3 panglima sekaligus.

Saat itu yang ditunjuk menjadi panglima oleh Rasulullah SAW adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Saat itu nabi hanya menunjuk tiga orang tanpa mengikut sertakan Khalid bin Walid.

Seperti yang kita ketahui, bahwa Khalid bin Walid adalah seorang Panglima terkuat yang dimiliki kaum musyrikin dahulu, namun kali itu Rasulullah tidak menunjuknya sebagai salah satu panglima yang dikirim pada perang Mu’tah.

Rasul adalah seorang pemimpin kaum muslimin yang sangat memperhatikan umatnya. Walau pun bisa jadi Khalid bin Walid adalah sahabat terkuat saat itu, namun dia adalah sahabat yang jauh lebih muda dan baru masuk Islam.

Baca Juga: Kisah Khalid bin Walid Bagian 2: Pujian Rasulullah SAW atas Sang Pedang Allah yang Membuatnya Masuk Islam

Rasulullah SAW tidak ingin menyakiti hati kaum muslimin. Nabi tidak ingin hal tersebut terjadi secara aklamasi, namun insya Allah akan terjadi dengan sendirinya.

“Yang jadi panglima adalah Zaid bin Haritsah, jika Zaid meninggal dunia maka panglima diganti oleh Ja’far bin Abi Thalib, jika ternyata Ja’far bin Abi Thalib terbunuh, maka panglima diganti oleh Abdullah bin Rawahah.”

Namun saat itu Rasulullah tidak melanjutkan bagaimana jika Abdullah bin Rawahah meninggal. Penyebutan nama tersebut berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Bahkan saat pertempuran terjadi Rasulullah menceritakan langsung apa yang terjadi dihadapan para sahabat yang tidak turut berperang sambil meneteskan air mata.

Singkat cerita berangkatlah mereka dari Madinah 3000 pasukan menuju Mu’tah. Jarak dari Madinah ke Mu'tah kurang lebih 1100 km. Jarak yang sangat jauh pada saat itu, karena para sahabat hanya menggunakan kuda dan sebagian berjalan kaki.

Baca Juga: AWAS! Hadist Palsu, Benarkah Dosa Zina Tidak Diampuni 40 Hari oleh Allah SWT? Begini Penjelasan Buya Yahya

Bisa kita bayangkan bagaimana ujian para sahabat pada saat itu, sebelum berperang mereka mesti menempuh jarak yang teramat jauh hanya dengan berjalan kaki, belum lagi di depan sudah menunggu pasukan yang tinggi besar.

Romawi merupakan kekuatan yang sudah berdiri sejak lama jauh meninggalkan peradaban Islam di zaman Rasulullah SAW yang baru seumur jagung. Romawi sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya sedang Islam baru 8 tahun jika dihitung dari sejak Rasulullah hijrah.

Syam kala itu dikuasai oleh kekuatan Romawi yang memiliki pasukan super banyak dengan persenjataan yang lengkap.

Benar saja, saat kaum muslimin berhadapan langsung dengan Romawi di Mu’tah, jumlah mereka tercatat dalam sejarah sebanyak 200 ribu pasukan.

Bayangkan 200 ribu banding 3000 pasukan muslim, itupun setelah pasukan muslim menempuh perjalanan yang amat melelahkan. Mungkin jika kita sebelum sampai sudah mati duluan karena kelelahan.

Baca Juga: Benarkah Dosa Zina akan Menurun ke Anak? Simak Penjelasan Buya Yahya : Jika Orang Tua Tidak Melakukan Ini

Melihat jumlah pasukan musuh yang banyak, kaum muslimin saat itu pun sempat merasa putus asa, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengusulkan untuk bertanya terlebih dahulu kepada Rasul dengan mengirim surat.

Tidak terbayang jika hal tersebut dilaksanakan karena jarak yang teramat jauh sedangkan musuh sudah ada di depan mata. Ingat, dulu itu belum ada aplikasi pesan singkat.

Saat itu Abdullah bin Rawahah yang ditunjuk sebagai salah satu panglima membakar semangat kaum muslimin dengan berkata:

“Bukankah kita kesini untuk meraih Ihdal husnayain? Jika tidak menang maka mati syahid,” kata Abdullah bin Rawahah.

Akhirnya semangat kaum muslimin ketika itu kembali berkobar, hingga terjadilah pertempuran yang tidak berimbang antara 3000 pasukan muslimin melawan 200 ribu pasukan Romawi.

Baca Juga: HATI HATI! Segera Taubat dari Bahaya Utang, Ustadz Abdul Somad: Bahkan Mati Syahid pun Tertahan Masuk Surga

Saat pertempuran terjadi, Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat untuk menyampaikan wahyu tentang peristiwa peperangan yang terjadi.

Rasulullah SAW menceritakan bahwa peperangan dimulai dengan dipimpin oleh panglima Zaid bin Haritsah hingga akhirnya beliau meninggal dunia.

Zaid adalah seorang yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW. Zaid adalah anak angkat Nabi Muhammad, bahkan mana Muhammad sempat disematkan pada Zaid (Zaid bin Muhammad) sebelum akhirnya Rasul ditegur oleh Allah SAW.

Saat Zaid bin Haritsah meninggal dunia maka kepemimpinan dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib.

Rasulullah menceritakan dihadapan para sahabat, saat itu Ja’far bertempur dengan sangat hebatnya sampai akhirnya dia kehilangan kedua tangannya karena mempertahankan panji Islam.

Ja’far saat ditemukan, tidak kurang dari 80 bekas luka memenuhi tubuhnya. Posisi lukanya tersebut seluruhnya ada di bagian depan tubuh Ja’far. Hal tersebut menunjukkan jika Ja’far tidak pernah berpaling untuk lari dari medan pertempuran.

Setelah itu bendera dipegang oleh Abdullah bin Rawahah. Saat itu beliau sempat terdiam melihat hebatnya peperangan. Dia pun melantunkan syair untuk menguatkan dirinya sendiri.

“Wahai Jiwaku, kenapa aku lihat engkau benci untuk masuk surga?”

Maka setelah itu akhirnya dia pun maju menumpas setiap musuh yang ada di dekatnya,  hingga akhirnya dia pun mati syahid.

Rasulullah SAW menangis saat menyampaikan wafatnya ketiga sahabatnya tersebut kepada para sahabat, dan Rasul meminta kepada para sahabat untuk mendoakan mereka yang syahid di perang Mu’tah.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler