DESKJABAR - Gunung Sawal adalah gunung yang menjadi latar dari logo Kabupaten Ciamis.
Sebagai informasi, gunung yang berlokasi di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, ini menjadi suaka bagi beberapa hewan di antaranya: meong congkok (Prionailurus javanensis); macan tutul jawa (Panthera pardus melas); pelanduk (Tragulus javanicus); saeran (Dicrurus leucophaeus); dan elang-ular bido (Spilornis cheela).
Selain sebagai tempat suaka margasatwa dan Curug Tujuh Panjalu, gunung ini juga merupakan tempat Batu Susun Rompe berada.
Susunan bebatuan ini ditemukan pada Blok Rompe, RT 4/RW 2, Desa Sukaraharja, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis. Banyak yang sempat mengira susunan bebatuan itu adalah candi.
Namun, pada 2020, Tim Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Badan Geologi serta sejarawan memastikan bahwa Batu Susun Rompe merupakan bentukan alam bukan buatan manusia.
Seperti dikutip DeskJabar.com dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul artikel Bukan Candi, Tim Geologi Pastikan Batu Susun Rompe Ciamis Bentukan Alam, ahli Geologi dari ITB Johan Arif menjelaskan bahwa batu Susun Rompe terbentuk dari aliran lava yang membeku.
"Secara kasat mata batu susun ini terbentuk secara alami. Jenis batuannya andesit, bentuknya kekar lembar, berbeda dengan yang di Gunung Padang, itu kekar kolom," ujar Johan Arif, Kamis 6 Februari 2020.
Namun, karena tidak ada gunung berapi di sekitar lokasi, Johan Arif memperkirakan bahwa Gunung Sawal sebelumnya adalah gunung api.
Johan Arif menyatakan bahwa struktur bebatuan susun serupa juga ditemukan di Kabupaten Bandung dan Bojong Koneng di Bogor.
Baca Juga: Inilah Misteri 7 Gunung Paling Keramat di Dunia, Ternyata Salah Satu ada di Indonesia
Dengan tinggi yang diperkirakan menjulang hingga 50 meter ke atas tanah di sekitarnya, Batu Susun Rompe berukuran termasuk besar.
Kisah terkait Kerajaan Pajajaran
Namun di balik berbagai fakta itu, terdapat kisah mitos yang dipercaya sebagian warga setempat sebagai asal mula keberadaan batu susun tersebut.
Kisah tersebut dikutip DeskJabar.com dari https://devisofiah23.blogspot.
Berdasarkan cerita turun temurun yang beredar dari mulut ke mulut, sebagian warga sekitar mempercayai batu susun ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajajaran.
"Katanya, batu-batu yang tersusun ini adalah barang-barang hantaran Raden Panji Boma yang dibawa untuk melamar Putri Anjung yang berada di situs Anjung di Salamaya," tulis Devi Sofiah mengisahkan kembali cerita dari warga setempat.
Sayang, niat Raden Panji Boma untuk melamar tidak kesampaian karena adanya panggilan-panggilan yang berupa godaan di sekitar Pasir Cingacung yang membuat sang raden terjatuh di pasir nyungcung dan tidak dapat melanjutkan perjalanan.
Maka pupuslah harapan Raden Panji Boma untuk mempersunting Putri Anjung sedangkan barang-barang bawaannya teronggok di sekitar Pangangonan.
"Itulah sebabnya saat ini ada yang menyebut bahwa batu susun ini adalah batu ranjang, atau batu lemari karena kalau waktunya pas kita akan melihat batu-batu yang berbentuk perabotan-perabotan rumah tangga seperti lemari, ranjang, kursi, dan lain sebagainya," tulis Devi Sofiah lagi.
Baca Juga: Kasus Subang Terupdate, Danu Bisa Bernapas Lega dan Tertawa Bahagia, Ini Alasannya
Mengenai kebenaran cerita atau kisah di balik Batu Susun Rompe ini, Devi Sofiah berpesan bahwa hanya Tuhan lah yang tahu.***