MARI KITA MI’RAJ: 27 Rajab Peristiwa Monumental bagi Seluruh Umat Islam Dunia

11 Maret 2021, 17:20 WIB
/

Oleh: DR. H. ACEP ZONI SAEFUL MUBAROK

(Dosen FAI Universitas Siliwangi Tasikmalaya)

DESKJABAR - Tanggal 27 Rajab pada bulan hijriyah sering diperingati sebagai peristiwa yang sangat monumental bagi seluruh umat Islam di dunia ini. Peristiwa tersebut adalah Isra dan Mi'raj (Isra Mi'raj) Nabi Muhammad SAW. 

Peristiwa ini terdiri dari dua babak, pertama perjalanan sejauh 1500 KM dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina yang hanya ditempuh dalam waktu supersingkat, disebut dengan Isra.  Setelah itu Nabi SAW dimi’rajkan oleh  oleh Allah SWT melalui sebuah perjalanan spektakuler yang tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi lagi baik sebelum maupun sesudah Nabi Muhammad SAW.

Dalam perjalanannya sang Nabi  ditemani oleh malaikat Jibril yang melesat naik dari langit ke 1 sampai ke 7 kemudian ke sidratul muntaha dan meneyendiri sampai ke hadirat Allah SWT.  Ini adalah sebuah undangan suci dari Sang pemilik jagat raya ini kepada kekasihnya untuk mendapatkan satu pesan utama yaitu sabar dan shalat.

Kedua pesan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk diteruskan kepada umatnya. Sebuah bekal yang sangat berharga, karena dalam menghadapi bahtera kehidupan di dunia ini, sejatinya dua pesan ini dapat dijadikan tiket masuk untuk mendapatkan pertolongan Allah kapanpun dan dimanapun.

Baca Juga: Pamijahan: Obyek Wisata Religi yang Ramai Dikunjungi di Bulan Rajab, Ada Gua Menuju Mekah?  

Baca Juga: Pada 27 Rajab, Keutamaan Waktu Sholat Subuh Serta Doa Mendapatkan Rejeki Yang Terbaik beserta Latinnya

Dalam sejarah tertulis peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW ini diawali dari kondisi sangat menyedihkan yang dialami oleh sang Habib Nabi Muhammad SAW.  Setelah ditinggal oleh sang istri Siti Khodijah Al-Kubro dan sang paman Abu Thalib yang senantiasa menjadi garda terdepan dalam mensuksekan perjuangannya, belum lagi tekanan-tekanan dari musuh-musuh Islam baik dari eksternal maupun internal keluarga sendiri, yang secara psikologis dapat mengganggu mental rasulullah SAW.

Dalam keadaan inilah Nabi Muhammad SAW diperjalankan dan diangkat oleh Allah SWT untuk  mendapatkan hiburan melalui sebuah perjalanan dahsyat (extraordinary journey).  Salah satu tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Bahwa Dia-lah yang  senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya. Untuk itulah salah satu hikmah perjalanan ini adalah untuk memupuk kesabaran Nabi SAW dalam menghadapi peristiwa apapun dan bagaimanapun selama menegakkan panji-panji agama Allah. Perjalanan inipun mengingatkan bahwa puncak kesabaran adalah pertolongan Allah SWT, sehingga kesabaran merupakan  pangkal kesuksesan.

Pesan lain dalam peristiwa ini adalah  diwajibkannya shalat yang lima waktu bagi seluruh umat Islam.  ini merupakan hadiah yang terindah,  termahal, dan  teristimewa  yang tidak didapatkan oleh makhluk lain kecuali oleh Nabi Muhammad SAW saat menghadap Allah SWT. Hadiah shalat ini diberikan dengan cara sangat istimewa kepada orang istimewa dan memiliki keutamaan yang teristimewa pula.

Baca Juga: HUMOR SUEB: Ayam Curian

Pantas saja Nabi Muhammad SAW selalu menjadikan shalat sebagai qurratu'ain. Bahkan shalat merupakan cara Nabi SAW dalam merilekskan fikir dan badannya. Rasulullah SAW sangat menikmati dengan shalatnya.  Hal ini dapat dilihat dari sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukan shalat sunnah sampai kakinya bengkak bengkak.  Tentu ini karena saking nikmatnya shalat. Ini pula yang diikuti oleh para sahabatnya yang menjadikan shalat sebagai kenikmatan tersendiri dalam bermunajat dan curhat kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW menyampaikan kepada umatnya bahwa “shalat merupakan mi'rajnya orang yang beriman”.  Sebuah perjalanan spiritual yang tidak akan dapat diraih dengan amalan lainnya. Sebuah cara bermunajat, mengabdi, mendekat dan media curhat tingkat tinggi untuk orang mukmin.  Hal ini sesuai dengan titah-Nya di dalam Al-Qur’an: “… dan mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat”.

Tentu shalat di sini adalah shalat yang memiliki kualitas kekhusyuan yang sangat handal, karena ketika seorang melakukan shalat asal-asalan, sudah dipastikan perjalanan mi’rajnya tidak akan pernah tergapai.  Namun jika shalat dilakukan dengan kesungguhan dan mujahadah, sudah pasti mi’rajnya sampai kepada Allah SWT. Salah satu ciri seorang mukmin yang shalatnya menggapai mi’raj adalah dapat dilihat dari saat shalat dilakukan yaitu dengan khusyu dan pasca shalat itu dilakukan yaitu mampu menghadirkan kepribadian yang shaleh secara spiritual dan sosial.*** 

Editor: Zair Mahesa

Tags

Terkini

Terpopuler