DESKJABAR - Menyoroti tragedi kelam sepakbola di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan lebih dari 130 orang, mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan mengatakan jika hal itu merupakan tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepak bola nasional.
“Tidak salah bila kita semua sebagai sesama anak bangsa mengibarkan bendera setengah tiang sebagai perwujudan solidaritas dan duka cita kita kepada masyarakat Malang Jawa Timur”, kata Anton Charliyan dalam pernyataan tertulisnya yang dikirim ke DeskJabar. com, Senin 3 Oktober 2022.
Mantan Kadiv Humas Polri yang kini akrab dipanggil Abah Anton Charliyan menyebutkan, tragedi sepakbola Malang hampir sama dengan tragedi Mina di Saudi Arabia beberapa tahun lalu. Korban yang meninggal karena terinjak-injak massa yang panik.
Baca Juga: Kepolisian: Rizky Billar Terancam Hukuman 5 Tahun Penjara Terkait KDRT terhadap Lesti Kejora
Faktor penyebabnya kata Abah Anton Charliyan, antara lain adanya gerak arus masa yang besar (berdesakan) sementara ruang tidak mampu menampung (sempit ), daya pandang yang terbatas (gelap).
“Kemudian udara yang sesak menyulitkan bernafas, sehingga massa menjadi panik dan tidak terkendali. Akhirnya banyak yang terjatuh, pingsan dan terinjak-injak massa itu sendiri”, ujar Abah Anton Charliyan.
Lebih lanjut Abah Anton Charliyan menjelaskan, berdasarkan keterangan yang diperolehnya, pada saat tragedi sepakbola Malang terjadi, pintu keluar Stadion Kanjuruhan hanya ada 1 pintu. Akibatnya arus massa yang panik bertumpu pada satu titik.
Adapun yang menjadi triger atau pemicu utamanya, kata Abah Anton Charliyan adalah digunakanya gas air mata yang telah menjadikan kepanikan makin tak terkendali. Kondisi mata menjadi perih tidak bisa melihat dan udara sesak tidak bisa bernafas karena asap.
“Maka terjadi kepanikan massa. Situasi betul-betul lost control full. Akhirnya mengakibatkan begitu banyak korban yang luka dan meninggal dunia”, kata Abah Anton Charliyan.
Baca Juga: Surabaya North Quay, Wisata Bahari yang Dimiliki Surabaya. Miliki Panorama Lautan yang Instagramable