Sebagian besar peneliti terdahulu menyatakan bahwa terbentuknya Sesar Lembang berkaitan dengan proses vulkanik Gunung Sunda pada kala Kuarter dan termasuk ke dalam jenis sesar normal.
Namun, Haryanto (2004), menyatakan bahwa Sesar Lembang merupakan sesar antitetik dari Sesar Cimandiri yang terbentuk pada tektonik Plio-Pleistosen.
Perbedaan pendapat ini memiliki dampak yang cukup besar terhadap resiko bencana gempa bumi yang ditimbulkan oleh Sesar Lembang.
Hingga saat ini masih menjadi perdebatan apakah resiko gempa bumi dari Sesar Lembang apakah berasal dari runtuhan vulkanik Gunung Sunda atau tektonik Sesar Cimandiri yang diketahui sebagai sisa dari jalur subduksi tua.
Lalu apa kaitannya Sesar Lembang, Sesar Cimandiri dan Gunung Sunda?
Secara sederhana, bila Sesar Lembang terbentuk akibat proses vulkanik Gunung Sunda ratusan tahun lalu, maka ada potensi aktivitas magma.
Sesar ini akan memiliki jenis pergerakan sesar normal dimana blok bagian utara terhadap blok bagian selatan.
Karena dapur magmanya terletak di bagian utara.
Lalu jika Sesar Lembang ini berasal dari bagian tektonik Sesar Cimandiri maka sesar ini akan berdampak cukup besar.
Sesar ini akan bergerak dalam sistem sesar naik karena jurus sesarnya yang berarah barat-timur dan arah tegasan pada kala tektonik Plio-Pleistosen adalah utara-selatan.