Bengkulu sendiri adalah provinsi yang rawan karena dilalui oleh rangkaian gunun berapi. Indikasi itu memiliki peluang lebih tinggi untuk terjadinya gempa bumi berkekuatan maha dahsyat.
Di provinsi Bengkulu lah terjadinya pergeseran lempeng," katanya.
Anang pun menginformasikan seperti itu bukan untuk menakut nakuti, tapi untuk meningkatkan kewaspadaan.
Jadi masyarakat harus tetap tenag dan tidak panik terhadap prediksi dari BMKG tersebut.
Dia pun menyebut pernah dulu gempa besar melanda Bengkulu kira kira tahun 1844 dengan kekuatan gempa 8.4 magnitudo.
"Jika di Bengkulu gempa masyarakat jagan khawatir, malah dengan adanya gempa lebih bersyukur karena gempa terjadi tidak langsung sekaligus tapi secara perlahan lahan," ucapnya.
Potensi gempa tersebut membuat BMKG sendiri terus melakukan upaya untuk meminimalisir bila gempa itu terjadi salah satunya membentuk Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia (KGTI).
Lembaga itu bertugas untuk memperkuat sistem peringatan dini terkait peristiwa gempa maha dahsyat tersebut.
Pembentukan KGTI sebelumnya disampaikan oleh Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati.
"Konsorsium ini sebagai respon BMKG terhadap kecenderungan aktivitas gempa bumi yang terus meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir dan adanya fakta bahwa mekanisme pembangkit tsunami semakin kompleks," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan pembentukan KGTI tujuannya untuk meningkatkan kemandirian masyarakat Indonesia dalam menghadapi gempa hingga meminimalisir korban.