Asesmen Kompetensi Minimum, Seluruh Guru Berkontribusi Terhadap Keterampilan Berpikir Siswa, Merdeka Belajar

- 9 Juli 2022, 21:21 WIB
 Asesmen kompetensi minimum (AKM), seluruh guru berkontribusi terhadap keterampilan berpikir siswa, Merdeka Belajar. Tangkapan layar.
Asesmen kompetensi minimum (AKM), seluruh guru berkontribusi terhadap keterampilan berpikir siswa, Merdeka Belajar. Tangkapan layar. /Kemdikbud/

DESKJABAR – Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam penilaian nasional yang dirancang untuk mengukur prestasi siswa dalam hal hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi.

Salah satu yang diukur pada AKM adalah kemampuan penalaran dan analisis siswa.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kemampuan menalar dan menganalisis siswa tidak dilihat dari mata pelajarannya, melainkan  metode pengajaran dari gurunya, yang berkontribusi terhadap kemampuan nalar dan analisis siswa.

Ia menjawab pertanyaan Made Parmili, guru  PPKN di SMPN 1 Kuta Selatan.

Menurut Made, yang ditekankan dalam AKM adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga tidak terikat dengan kurikulum, sedangkan  kurikulum cukup berat.

Baca Juga: Besok Hari Kurban, 7 Cara Awetkan Daging Tanpa Kulkas, Bisa Tahan hingga 6 bulan

Menanggapi hal tersebut, Mendikbud menjelaskan bahwa semua guru mata pelajaran memiliki kontribusi, karena kemampuan literasi  melekat pada semua mata pelajaran.

"Jadi literasi bukan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Penomoran bukan hanya soal matematika. AKM mengukur kemampuan menalar di bidang literasi dan numerasi," katanya.

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, khususnya kemampuan menganalisis informasi dan kemudian memecahkan masalah dengan logika.

"Ini adalah keterampilan minimum yang diperlukan dan guru berperan dalam semua itu. Guru berkontribusi terhadap kemampuan nalar anak", ujar Mendikbud.

Ia berpendapat, metode mengajar guru merupakan salah satu faktor yang menentukan perkembangan kemampuan penalaran siswa.

Seperti bagaimana anak-anak terbiasa memberikan pendapat di kelas atau bagaimana mereka menyajikan ide-ide analisis.

Pedagogi yang aktif dan menarik dapat membuat kelas menjadi hidup.

"Kami mendorong ke arah itu. Karena itu, ini bukan tentang mata pelajaran, tetapi tentang fakultas fundamental, yaitu kekuatan untuk berpikir. Ini yang sedang kita uji," ujarnya.
 
Di sekolah, Mendikbudristek juga memuji pemberlakuan Pergub tentang pemakaian pakaian adat setiap hari Kamis.

Hal itu bisa  menumbuhkan nilai-nilai kebhinekaan, toleransi dan semangat kebangsaan.

Baca Juga: Strict Parents, Tanda Orangtua Kaku Super Ketat, Anak-anak Menjadi Merasa Stres
 
Berkenaan dengan itu, Mendikbud menyampaikan, penilaian nasional merupakan survei pertama yang menyeimbangkan nilai, keragaman dan etika Pancasila,  melalui pertanyaan-pertanyaan dalam survei tersebut.

Asesmen Nasional juga merupakan alat pertama untuk menentukan tingkat toleransi, yang hasilnya akan  terbatas pada kepala sekolah.

"Jadi berapa tingkat toleransinya, atau apa tanda-tandanya, maka semua itu akan dilaporkan ke kepala sekolah untuk dimonitor dan dikomunikasikan dengan guru," ujarnya.

Selain itu, hasil NA juga menjadi data dan informasi bagi sekolah agar dapat memajukan sekolahnya.
 
Mengenai metode survei yang digunakan dalam ujian nasional, Mendikbud menegaskan bahwa secara statistik, hasil ujian nasional akan  representatif.

Kepala sekolah dan guru tidak perlu khawatir dengan mereka yang mengikuti penilaian nasional, hanya ada 45 siswa per sekolah dan telah diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Angkalah yang menentukan rata-ratanya secara keseluruhan. Jadi tidak perlu khawatir. Samplingnya akan representatif karena kita menggunakan aturan statistik yang sangat ketat," ujarnya.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x