Bahkan di sejumlah negara di mana muslim minoritas seperti di Australia dan USA juga ada yang melaksanakan Sabtu, 2 April 2022.
“Kaum muslim lainnya ada yang mulai puasa besok (3 April 2022), termasuk ketetapan pemerintah Indonesia melalui sidang isbat kementerian agama. Perbedaan ini sering dan akan terus terjadi karena dunia Islam belum memiliki kalender tunggal global yang disepakati bersama,” ujar Haedar Nashir.
Muhammadiyah sendiri, lanjutnya, sudah lama mengusulkan kalender global tersebut. Bukan hanya antar negara tetapi di dalam satu negara pun bisa terjadi perbedaan.
“Kini yang diperlukan sikap toleran, rendah hati, dan bijaksana dari semua warga Muslim dan pemerintah maupun para pihak lainnya. Tidak perlu heboh dan saling menyalahkan, apalagi bikin pernyataan-pernyataan yang menghakimi disertai sikap merasa benar sendiri,” kata Haedar Nashir.
Ia berharap tidak ada pihak-pihak membuat vonis keagamaan yang menyudutkan dengan menyatakan, “siapa yang ingin aman dan selamat dunia akhirat, ikutilah keputusan pemerintah”.
“Nanti, sebelum puasa dimulai malah bisa-bisa sudah batal puasanya, karena mencela dan menghakimi perbedaan ijtihad dengan otoritas keagamaan yang monolitik, padahal setiap ijtihad hatta yang dilakukan atas nama pemerintah pun terbuka untuk benar atau salah,” ujar Haedar Nashir lagi.
Ia berharap tokoh-tokoh agama maupun pejabat pemerintah tidak membuat pernyataan bernada penghakiman secara negatif dan mengundang keresahan atau kontroversi.
“Para ulama tingkat tinggi (ar-rasihuna fil-‘ilmi) itu sejatinya memiliki ilmu dan hikmah, sehingga dari pikiran dan lisannya keluar kearifan dan kebajikan utama,” tutur Haedar Nashir.